(IST)
INILAH.COM, New York - Rencana pembangunan masjid dekat ground zero New York menuai kontroversi. Apakah Amerika sebenarnya memiliki masalah dengan Islam?
Tak perlu berprasangka terhadap Islam, seperti yang banyak dilakukan warga AS, bahwa area bekas reruntuhan menara kembar WTC (ground zero) adalah tempat suci. Sayangnya, pada musim pemilu, sentimen seperti ini dihembuskan dengan hawa politik.
Perdebatan terus bergulir mengenai Park 51, cikal bakal masjid dan Islamic Center yang berlokasi dua blok dari ground zero. Isu pun melebar, dari hak properti pribadi ke toleransi beragama. Sederhananya, mereka yang menentang Park 51 sebenarnya fobia terhadap Islam atau Islamophobia.
Padahal jika dilihat, lokasinya tak hanya dekat dengan ground zero, namun juga rumah bordil, toko minuman keras dan beberapa gerai lainnya yang khas Manhattan. Muslim telah beribadah di gedung itu hampir setahun terakhir. Sebuah fakta yang tak dipertimbangkan mereka yang kontra.
Sejak bulan Agustus lalu, tempat itu menjadi area unjuk rasa paling favorit. Mereka semua Islamophobia, yang murni menyalahkan Islam atas runtuhnya WTC pada 11 September 2001 lalu. Sedangkan pengusul Park 51, Imam Feisal Rauf dan istrinya, Daisy Khan, lebih memilih diam.
Sementara kaum oposisi, ribut menjuluki mereka sebagai simpatisan ekstremisme untuk kelompok militan Al Qaeda. Tak banyak media yang mewawancarai. Sementara tekanan terus mereka rasakan. Di antaranya untuk memindahkan lokasinya ke tempat yang lebih 'netral'.
Kontroversi ini menyebabkan khalayak berpikir, selain sebuah contoh mengenai anti-Islam. Timbul sebuah pertanyaan besar, apakah Amerika sejatinya memiliki masalah dengan Islam? Apakah serangan teroris 9/11 dan berbagai usaha lain telah menggagalkan upaya asimilasi Islam ke Amerika?
Meski rangkaian Islamophobia sebenarnya tak ada unsur agamanya sama sekali, tak ada tanda-tanda meningkatnya kekerasan terhadap Muslim. Misalnya, berupa pidato kebencian yang biasanya paling cepat tersebar.
Malah sebaliknya, jajak pendapat TIME-Abt SRBI menyebutkan, 46% responden Amerika meyakini justru Islam sebagai agama yang paling banyak menyerukan kekerasan pada agama lain. Sebanyak 37% mengenal orang Amerika yang beragama Islam.
Secara keseluruhan, 61% menolak rencana proyek Park 51 dan hanya 26% yang mendukungnya. Kemudian 44% menyatakan proyek itu bisa diartikan hinaan bagi mereka yang tewas pada tragedi 9/11.
Level Islamophobia di Amerika bahkan tak mendekati level seperti di negara lain, di mana Islam menjadi kalangan minoritasnya. Namun menjadi Muslim di Negara Adidaya ini sudah merupakan tantangan tersendiri. Dunia tak hanya sebatas masjid saja, namun juga beberapa tempat umum lainnya.
Hal itu juga makin dipersulit karena beberapa pejabat politik, umumnya oposisi, menentang Islam serta mengkategorikannya sebagai teroris atau perusak. Di Prancis dan Inggris, politisi dari berbagai partai seringkali melecehkan Islam.
Namun tak satupun, seperti yang telah dilakukan oleh mantan Ketua DPR AS Newt Gingrich, yang menyamaratakan Islam dengan Nazisme. Bagaimanapun, faktanya Park 51 memang sedikit mempersulit hubungan Amerika-Islam, yang kini berpegang pada janji Presiden Barack Obama untuk lebih terbuka. [TIME/ast]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar