MENU

Islamic Widget

Minggu, 05 September 2010

Jangan Mudah Meniru, Tirulah dari Sang Uswatun Hasanah

Sudah fitrah manusia untuk selalu meniru orang lain. Seorang bayi bisa berbicara, mengucapkan kata setelah dia melihat dan menirukan dari wajah-wajah yang dia lihat setiap hari, setiap saat. Kita pun, selaku manusia dewasa juga meniru orang lain, sebagaimana kang Ibing ucapkan, kita akan meniru orang tua kita untuk menikah, punya anak, punya rumah, dst dst.

Rasululloh SAW sendiri mengajarkan dan menyebarkan Islam serta hanya ‘mengijinkan’ amal perbuatan yang telah beliau contohkan. Artinya, umat Islam haruslah MENIRU Suri Tauladan (Uswatun Hasanah) mereka terutama dalam beribadah dan hidup, karena contoh dari beliau-lah yang paling tepat dan afdhol.

Hal ini sudah dinyatakan di Al Qur’an, Al Ahzab(33):21,“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.”

Melakukan ibadah selain yang dicontohkan beliau akan diancam dengan hukuman di neraka, karena sifatnya yang bid’ah. Sementara untuk beberapa hal dalam kehidupan (duniawi), menurut pendapat pribadi saya, tidak mencontoh beliau tidak mengapa selama tidak bertentangan.

Antara lelaki dan perempuan, saya berpendapat perempuanlah yang sering meniru. Tidak usah repot2, coba anda lihat tayangan iklan di tv, koran, atau media lain. Saya yakin mayoritas tayangan iklan ditujukan untuk kaum hawa. Kosmetik, busana, potongan harga, dst dst yang diperagakan oleh model atau bintang film atau artis, akan membujuk kaum hawa untuk menyisihkan sebagian harta mereka dan membeli produk tersebut demi agar mereka MIRIP dengan idola mereka itu.

Sesungguhnya, Islam tidaklah melarang tiru meniru ini, selama dalam koridor yang baik, tidak bertentangan dengan agama. Rasululloh SAW beserta keluarga beliau sendiri sudah memberikan banyak contoh yang baik untuk kehidupan sehari-hari. Hidup sederhana, tidak berlebihan, bisa menjadi manfaat (jalan kebaikan) bagi manusia (+alam) sekitar, dst dst. Semestinya hal seperti inilah yang ditiru dan dipraktekkan oleh kaum Islam.

Akan tetapi, kita (kaum muslim) yang hidup di alam modern ini, telah dijadikan sasaran ‘tembak’ yang empuk oleh kaum Nasrani dan Yahudi. Beribu cara dilakukan untuk membuat kita berpaling dari sebaik-baik contoh yang semestinya kita ikuti, menjadi domba dan penganut serta peniru yang setia dari contoh kaum Nasrani dan Yahudi. Tidak heran, karena jaman sekarang merupakan masa perang pemikiran (ghazwul fikri).

Betapa banyak kaum muslimah yang telah menutup auratnya kemudian menanggalkan penutup auratnya, demi mengejar karir atau hal2 yang bersifat duniawi lainnya. Seorang lelaki minum minuman keras di sebuah pesta demi menghormati tuan rumah. Anak membantah dan melawan orang tuanya karena mencontoh tayangan televisi, yang memperlihatkan adegan seorang anak membangkang terhadap perintah orang tuanya. Masih banyak hal lain yang diciptakan Nasrani dan Yahudi demi membuat kita semakin jauh dari contoh yang Islami.

Tidaklah heran Rasululloh SAW pernah bersabda yang intinya bahwa kelak umat beliau akan meniru perbuatan-perbuatan kaum Yahudi dan Nasrani. Beliau bahkan mengancam bahwa barang siapa umat beliau yang meniru perbuatan-perbuatan kaum Yahudi dan Nasrani berarti umat beliau telah keluar dari naungan beliau dan menjadi bagian kaum Yahudi dan Nasrani.

“Kalian sungguh-sungguh akan mengikuti jalan orang2 sebelum kalian sejengkal demi sejengkal dan sehasta demi sehasta sampai seandai mereka masuk ke lubang dhabb1 niscaya kalian akan masuk pula ke dalamnya. Kami tanyakan: “Wahai Rasulullah apakah mereka yg dimaksud itu adl Yahudi dan Nashrani?” Beliau berkata: “Siapa lagi kalau bukan mereka?”” (HR Bukhari)

Masya ALLOH…sedemikian keras ancaman Rasululloh SAW, demi umatnya tetap menjadi umat terbaik dan tidak mudah terpengaruh oleh hal-hal negatif yang diajarkan musuh-musuh Islam.

Mari kita tengok diri kita sekarang, apakah kita sudah mencontoh cara hidup Rasululloh SAW? Tentunya mencontoh bukan berarti mencontoh begitu saja mentah-mentah. Semuanya mesti didasarkan argumen dan logika juga. Sebagai contoh, kita di Indonesia (menurut saya) tidak perlu menggunakan gamis sebagai baju sehari-hari, karena lingkungan Indonesia tidaklah sama. Namun, untuk urusan JILBAB, INI JELAS2 HARUS DILAKSANAKAN KARENA SUDAH TERCANTUM DI AL QUR’AN, bukan sekedar budaya.

Saya mengingatkan diri saya pribadi dan mengajak rekan2 muslim semua utk mulai mencermati pola hidup kita, apakah sudah sesuai dengan contoh dari Rasululloh SAW. Silakan memberi komentar dan menuliskan contoh kehidupan yang Islami, lalu sedikit demi sedikit kita mulai praktikkan di kehidupan sehari-hari

Tidak ada komentar:

Posting Komentar