MENU

Islamic Widget

Minggu, 05 September 2010

Ketika Al Qur’an Hanya Menjadi Simbol

Bismillah,

Sebagaimana kita ketahui bersama, di bulan Ramadhan diturunkan Al Qur’an, dengan 5 ayat pertama dari surat Al Alaq diterima Muhammad SAW sekaligus sebagai penanda diangkatnya beliau menjadi Rasululloh.

Sekedar mengingatkan, 5 ayat pertama tersebut adalah sebagai berikut,“Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang menciptakan, == Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. == Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah, == Yang mengajar (manusia) dengan perantaraan kalam. == Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.”

Peristiwa turunnya Al Qur’an ini seringkali diperingati kaum muslim sebagai Nuzulul Qur’an. Berbagai ceramah dan kajian mengenai turunnya Al Qur’an ini disampaikan oleh para ulama, habib, bahkan juga para blogger.

Dari sekian banyak ulasan, ceramah, dan apapun itu bentuknya, saya melihat bahwa yg disampaikan hanya berkutat di kisaran Al Qur’an sebagai firman ALLOH, petunjuk dan pegangan bagi kaum muslim (di samping sunnah), dan hal-hal lain, yg menurut saya cenderung (maaf) monoton.

Mengapa saya katakan monoton? Itu karena Al Qur’an hanyalah dijadikan SIMBOL semata. Bukan sebagai JALAN KEHIDUPAN (Way of Life). Padahal, jika kita merujuk kepada hadits yg diriwayatkan Aisyah ra, bahwa Rasululloh SAW adalah Al Qur’an berjalan.

Akibatnya sudah nampak jelas, bahwa banyak kaum muslim yg perilakunya justru bertentangan dengan Al Qur’an. Padahal mereka mengaku mencintai Al Qur’an, membaca Al Qur’an tiap hari, bahkan khatam puluhan kali. Namun, kenyataannya sangat bertolak belakang!

Jika dirasa perlu menuding untuk mencari contoh, tidak perlu jauh-jauh, kita tengok Kementerian Agama di negara kita ini. Saya sempat menulis mengenai ONH yg diselewengkan. Itu baru 1 hal dan saya yakin masih banyak hal (borok) yg bisa dibedah.

Apabila para pejabat (dan ulama) yg ada di Kementerian Agama saja tidak bisa dijadikan contoh yg baik sebagai pelaksana Al Qur’an, lantas bagaimana mungkin mereka menyuruh umat untuk menjadikan Al Qur’an sebagai panutan? Padahal ALLOH SWT sangat murka kepada orang2 yg menyuruh hal2 yg tidak diperbuatnya. “Apakah kalian menyuruh orang-orang berbuat baik, padahal kalian melupakan diri sendiri. Sedang kalian membaca kitab Allah, apakah kamu tidak berakal.” (QS. Al Baqarah(2): 44)

Saya mengajak saudara2ku, juga kepada diri sendiri, untuk lebih berusaha menjadikan Al Qur’an sebagai panutan dan jalan kehidupan, dalam artian sebenar-benarnya, bukan sekedar simbol semata. Tidak perlu terlalu dramatis, step by step, tapi istiqomah, akan lebih baik daripada berusaha melakukan semua tapi sifatnya hanya sementara.

Semoga berguna.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar