Bismillah,
Saudara-saudaraku, banyak sekali motivasi orang beribadah. Dari berbagai pengalaman dan cerita, saya merangkum beberapa di antaranya.
Sekedar gugur kewajiban
Ini adalah tingkatan paling bawah (menurut saya). Yg penting sudah selesai mengerjakan, selesai urusan. Tidak dipikir apakah saat ibadah dia bersungguh-sungguh atau apakah ALLOH SWT menerima ibadahnya.
Mencari pahala
Percaya atau tidak, masih banyak di antara kita, bahkan yg sudah tua, menjadikan pahala sebagai tujuan beribadahnya. Tidak heran, jika ada yg berhitung dengan teliti untuk ibadahnya di bulan Ramadhan ini.
Dia berhitung seperti ini. “Saya tidak sholat wajib selama 1 tahun. Berarti saya ketinggalan sholat wajib sebanyak 365x5 = 1825. Di bulan Ramadhan ini, sholat wajib dihitung 10x. Berarti jika saya sholat wajib sebulan penuh (sebanyak 150 kali) dan ditambah sholat sunnah (yg nilainya dianggap sama dg sholat wajib) sebanyak 30 kali, maka saya lunas sudah hutang sholatnya.”
Atau ada juga yg lebih ekstrim. Dia naik haji lalu berhitung bahwa sholat di Masjidil Haram nilainya 100 ribu kali daripada di tempat lain. Otomatis, dia berkesimpulan tidak perlu sholat lagi karena masih punya tabungan.
Berharap surga
Mirip dengan di atas, motivasi ini juga sudah menjadi ‘makanan’ dan tujuan bagi kebanyakan orang. Terlebih jika para ulama dan da’i ikut ‘mengompori’ dengan dalil2 ttg imbalan surga. Klop sudah!
Saya tidak menyalahkan saudara2 saya yg masih menggunakan kedua motivasi atas utk ibadah. Hanya saja, menurut saya, orang yg beribadah karena kedua motivasi di atas mirip dg anak TK/SD yg berharap mendapat imbalan usai berbuat kebaikan.
Motivasi lain yg bisa kita temukan adalah:
Takut neraka
Ada juga orang yg beribadah karena takut dengan neraka. Dia sholat karena takut masuk neraka Saqor. Dia beriman (menjadi muslim) karena takut neraka jahanam.
Orang yg beribadah seperti ini, menurut saya, seperti budak/pembantu. Dia beribadah karena takut dihukum majikannya. Sama seperti motivasi di atas, saya tidak menyalahkan orang yg beribadah karena alasan ini.
‘Berdagang’ dengan ALLOH SWT
Motif ini mirip dg motif mencari pahala. ‘Landasan’ mereka melakukan ini karena menurut mereka ALLOH SWT sendiri ‘menawarkan’ hal ini.
“Hai orang-orang yang beriman, sukakah kamu Aku tunjukkan suatu perniagaan yang dapat menyelamatkan kamu dari azab yang pedih? - (yaitu) kamu beriman kepada Allah dan Rasul-Nya dan berjihad di jalan Allah dengan harta dan jiwamu. Itulah yang lebih baik bagi kamu jika kamu mengetahuinya, - niscaya Allah akan mengampuni dosa-dosamu dan memasukkan kamu ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, dan (memasukkan kamu) ke tempat tinggal yang baik di dalam surga Adn. Itulah keberuntungan yang besar.” (Ash Shaff(61):10-12)
“Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir: seratus biji. Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui.” (Al Baqarah(2):261)
“Siapakah yang mau meminjamkan kepada Allah pinjaman yang baik, maka Allah akan melipat-gandakan (balasan) pinjaman itu untuknya, dan dia akan memperoleh pahala yang banyak,” (Al Hadiid(57):11)
“Sesungguhnya orang-orang yang bersedekah baik laki-laki maupun perempuan dan meminjamkan kepada Allah pinjaman yang baik, niscaya akan dilipat gandakan (pembayarannya) kepada mereka; dan bagi mereka pahala yang banyak.”(Al Hadiid(57):18)
Adapun menurut saya, motif yg ‘baik’ dan sebaiknya diikuti adalah motif CINTA dan BUKTI BERSYUKUR KEPADA ALLOH SWT.
Jika kita melihat kepada kehidupan Rasululloh SAW, hamba-Nya yg ma’sum dan dijamin masuk surga, beliau tetap banyak beribadah (dan sholat malam). Ketika ditanya oleh istrinya (Aisyah), beliau menjawab bahwa ibadah tersebut dilakukan karena rasa syukur kepada ALLOH SWT.
Jadi, apa motif ibadah anda?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar