Bulan Ramadhan menjadi bulan yang penuh kenangan bagi Sarah Allen. Karena pada bulan suci itulah Sarah mengalami perubahan besar dalam hidupnya, yang membulatkan tekadnya untuk segera bersyahadat. Ia ingat, ketika Ramadhan tiba, baru setahun ia mempelajari agama Islam. Meski baru setahun mempelajari Islam, Sarah menemukan bahwa agama Islam adalah agama yang sempurna dan saat itu Sarah sudah punya keinginan untuk menjadi seorang Muslim. "Setelah mempelajari agama Islam, saya makin tertarik untuk memperdalam agama ini, yang menurut saya sangat sempurna. Setelah mempelajari agama Islam, saya merasakan hidup saya pelan-pelan berubah. Cara berpakaian saya jadi lebih sopan, saya jadi lebih rendah hati dan saya merasakan kedamaian dengan perubahan itu," ungkap Sarah. Ia melanjutkan, "Saya sadar apa yang telah membuat saya berubah dan saya memutuskan untuk masuk Islam. Saya tahu, keputusan ini akan membawa perubahan besar bukan hanya bagi hidup saya, tapi juga orang-orang tercinta di sekeliling saya. Saya pun memutuskan untuk melakukannya dengan pelan dan bertahap sebelum saya betul-betul menyatakan diri sebagai seorang Muslim." Bulan Ramadhan datang, Sarah berpikir inilah saat yang tepat baginya untuk mempraktekkan apa yang ia ketahui tentang Islam. Ia memutuskan untuk ikut berpuasa meski saat itu ia belum menjadi seorang Muslim. Selama mempelajari Islam, Sarah tahu umat Islam diwajibkan berpuasa pada saat bulan Ramadhan. Ia berpikir, pastilah sangat berat melakukan puasa, tidak makan dan tidak minum sehari penuh. Dan itu akhirnya ia rasakan sendiri saat Sarah mencoba berpuasa. "Saya berpikir, pasti sulit rasanya tidak makan dan tidak minum seharian penuh. Dan saya benar ! Apalagi berpuasa pada saat musim panas, masa yang paling berat yang pernah saya rasakah. Tapi pahalanya juga besar," ujar Sarah tentang pengalaman puasanya. Menurutnya, ketika ia berpuasa hal yang paling berat adalah melihat orang di sekitarnya makan tanpa menyadari ia sedang berpuasa. Tapi tantangan itu membuat tekad Sarah makin kuat. "Saya kira apa yang saya rasakan juga dialami oleh saudara-saudara seiman saya di seluruh dunia, kami menahan diri dari makan dan minum untuk Allah Swt. Kita akan merasakan perasaan yang luar biasa ..." ujar Sarah. "Saya merasa seperti seorang yang sangat kuat, karena saya harus mengendalikan perilaku dan tubuh kita. Dalam kondisi itu, Anda akan merasakan bahwa Anda-lah yang punya kekuatan dan menentukan apa saja yang akan Anda lakukan." "Kebiasan-kebiasaan buruk harus ditunggalkan dan Anda akan merasa seperti manusia yang baru. Anda akan merasa lebih kuat dari sisi spiritual, lebih disiplin dan lebih memiliki kepedulian yang tinggi terhadap lingkungan sosial Anda," papar Sarah mengungkapkan apa yang dirasakannya saat berpuasa. Tiga tahun lamanya, Sarah mempelajari Islam dan selalu ikut berpuasa di bulan Ramadhan. Akhirnya, pada bulan Januari 2005, pada usia 19 tahun, perempuan asal Sydney Australia itu memutuskan untuk bersyahadat dan menjadi seorang Muslimah. Pengalaman berpuasa telah memberikannya banyak pengalaman batin untuk menghayati makna ibadah puasa bagi seorang Muslim. Bedanya, kata Sarah, setelah ia menjadi seorang Muslim, ia jadi lebih memahami kewajiban berpuasa dan aturan dan tata cara menjalankan ibadah puasa. "Satu hal yang paling saya sukai pada bulan Ramadhan, saya merasakan Ramadhan makin memperkuat umat Islam dan saya merasakan rasa persatuan yang begitu dalam," kata Sarah menutup ceritanya tentang pengalaman berpuasa yang mengantarkannya menjadi seorang Muslimah. |
Senin, 30 Agustus 2010
Sarah Allen: Pengalaman Puasa Yang Berat, Menuntunnya Masuk Islam
Konsep Trinitas Tak Masuk Akal, Kathryn Memilih Islam
|
Aisha Robertson, Kehangatan Umat Islam Menuntunnya Menjadi Seorang Muslimah
Aisha Robertson, Kehangatan Umat Islam Menuntunnya Menjadi Seorang Muslimah |
Penyumbat Saluran Rezeki
Allah SWT menciptakan semua makhluk telah sempurna dengan pembagian rezekinya. Tidak ada satu pun yang akan ditelantarkan- Nya, termasuk kita. Karena itu, rezeki kita yang sudah Allah jamin pemenuhannya. Yang dibutuhkan adalah mau atau tidak kita mencarinya. Yang lebih tinggi lagi benar atau tidak cara mendapatkannya. Rezeki di sini tentu bukan sekadar uang. Ilmu, kesehatan, ketenteraman jiwa, pasangan hidup, keturunan, nama baik, persaudaraan, ketaatan termasuk pula rezeki, bahkan lebih tinggi nilainya dibanding uang. Walau demikian, ada banyak orang yang dipusingkan dengan masalah pembagian rezeki ini. “Kok rezeki saya seret banget, padahal sudah mati-matian mencarinya?� “Mengapa ya saya gagal terus dalam bisnis?� “Mengapa hati saya tidak pernah tenang?� Ada banyak penyebab, mungkin cara mencarinya yang kurang profesional, kurang serius mengusahakannya, atau ada kondisi yang menyebabkan Allah Azza wa Jalla “menahan� rezeki yang bersangkutan. Poin terakhir inilah yang akan kita bahas. Mengapa aliran rezeki kita tersumbat? Apa saja penyebabnya? Saudaraku, Allah adalah Dzat Pembagi Rezeki. Tidak ada setetes pun air yang masuk ke mulut kita kecuali atas izin-Nya. Karena itu, jika Allah SWT sampai menahan rezeki kita, pasti ada prosedur yang salah yang kita lakukan. Setidaknya ada lima hal yang menghalangi aliran rezeki. Pertama, lepasnya ketawakalan dari hati. Dengan kata lain, kita berharap dan menggantungkan diri kepada selain Allah. Kita berusaha, namun usaha yang kita lakukan tidak dikaitkan dengan-Nya. Padahal Allah itu sesuai prasangka hamba-Nya. Ketika seorang hamba berprasangka buruk kepada Allah, maka keburukan-lah yang akan ia terima. Barangsiapa yang bertawakal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan) nya. Demikian janji Allah dalam QS Ath Thalaaq [63] ayat 3. Kedua, dosa dan maksiat yang kita lakukan. Dosa adalah penghalang datangnya rezeki. Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya seseorang terjauh dari rezeki disebabkan oleh perbuatan dosanya.� (HR Ahmad). Saudaraku, bila dosa menyumbat aliran rezeki, maka tobat akan membukanya. Andai kita simak, doa minta hujan isinya adalah permintaan tobat, doa Nabi Yunus saat berada dalam perut ikan adalah permintaan tobat, demikian pula doa memohon anak dan Lailatul Qadar adalah tobat. Karena itu, bila rezeki terasa seret, perbanyaklah tobat, dengan hati, ucapan dan perbuatan kita. Ketiga, maksiat saat mencari nafkah. Apakah pekerjaan kita dihalalkan agama? Jika memang halal, apakah benar dalam mencari dan menjalaninya? Tanyakan selalu hal ini. Kecurangan dalam mencari nafkah, entah itu korupsi (waktu, uang), memanipulasi timbangan, praktik mark up, dsb akan membaut rezeki kita tidak berkah. Mungkin uang kita dapat, namun berkah dari uang tersebut telah hilang. Apa ciri rezeki yang tidak berkah? Mudah menguap untuk hal sia-sia, tidak membawa ketenangan, sulit dipakai untuk taat kepada Allah serta membawa penyakit. Bila kita terlanjur melakukannya, segera bertobat dan kembalikan harta tersebut kepada yang berhak menerimanya. Keempat, pekerjaan yang melalaikan kita dari mengingat Allah. Bertanyalah, apakah aktivitas kita selama ini membuat hubungan kita dengan Allah makin menjauh? Terlalu sibuk bekerja sehingga lupa shalat (atau minimal jadi telat), lupa membaca Alquran, lupa mendidik keluarga, adalah sinyal-sinyal pekerjaan kita tidak berkah. Jika sudah demikian, jangan heran bila rezeki kita akan tersumbat. Idealnya, semua pekerjaan harus membuat kita semakin dekat dengan Allah. sibuk boleh, namun jangan sampai hak-hak Allah kita abaikan. Saudaraku, bencana sesungguhnya bukanlah bencana alam yang menimpa orang lain. Bencana sesungguhnya adalah saat kita semakin jauh dari Allah. Kelima, enggan bersedekah. Siapapun yang pelit, niscaya hidupnya akan sempit, rezekinya mampet. Sebaliknya, sedekah adalah penolak bala, penyubur kebaikan serta pelipat ganda rezeki. Sedekah bagaikan sebutir benih menumbuhkan tujuh bulir, yang pada tiap-tiap bulir itu terjurai seratus biji. Artinya, Allah yang Mahakaya akan membalasnya hingga tujuh ratus kali lipat (QS Al Baqarah [2]: 261). Tidakkah kita tertarik dengan janji Allah ini? Maka pastikan, tiada hari tanpa sedekah, tiada hari tanpa kebaikan. Insya Allah, Allah SWT akan membukakan pintu-pintu rezeki-Nya untuk kita. Amin. |
Mantan Bintang NBA: "Tegakkan Islam Dimanapun Kalian Berada"
Mantan Bintang NBA: "Tegakkan Islam Dimanapun Kalian Berada" |
Hikmah Di Balik Hijrah Rasulullah Saw
Para pembaca mungkin sedikit banyak sudah mengetahui bagaimana proses hijrah Rasulullah saw bersama sahabatnya Abu Bakar ra. ke Madinah. Semua kita tahu bahwa Rasulullah berhasil sampai di negri tujuan hijrah, Madinah Munawwarah. Kita juga tahu Rasulullah bersama para sahabat dan kaum muslimin berhasil membangun sebuah peradaban dan memiliki kekuasaan yang jangkauannya cukup luas. Kita sama-sama tahu di masa Rasulullah, Islam telah tersebar ke banyak negri. Tapi ada satu hal yang mungkin kita perlu cermati bersama. Memang kemenangan dan keberhasilan tergantung pada pertolongan Allah. Tapi pertolongan Allah tidak turun begitu saja, sebagaimana yang dialami oleh Rasulullah saw ketika berhijrah. Rasulullah terlebih dahulu melakukan berbagai usaha. Rasulullah saw meminta Ali bin Abi Thalib ra. untuk tidur di peraduan beliau saw dan menggunakan selimut beliau. Beliau saw juga sudah memperhitungkan bahwa musuhnya akan mengejar ke arah Madinah. Untuk itu ia dan sahabatnya Abu Bakar besembunyi di Gua Tsur yang letaknya berlawanan dengan arah Madinah. Rasulullah dan Abu Bakar tinggal di gua ini selama tiga hari. Untuk menghilangkan jejak perjalanan Rasulullah dan Abu Bakar ra. ke Gua Tsur, mereka meminta Amir bin Fuhairah, mantan budak Abu Bakar untuk menggembalakan kambing di sekitar dan sepanjang jalan ke gua. Selain itu susu kambingnya dapat mereka ambil pula. Selama tiga hari bersembunyi di gua, Rasulullah dan Abu Bakar tidak kekurangan makanan. Karena Asma, putri Abu Bakar senantiasa menyuplai makanan buat mereka. Untuk mengetahui keadaan lawan, Rasulullah saw menyuruh Abdullah bin Abu Bakar menginap bersama mereka di gua. Sebelum matahari terbit, Abdullah sudah berada lagi di Mekkah. Sehingga Rasulullah dapat mengetahui rencana para kafir Quraisy yang terus mengejar dan ingin membunuhnya. Setelah dirasa keadaan cukup aman, Rasulullah dan Abu Bakar meninggalkan gua Tsur dan meneruskan perjalanan ke arah selatan. Setelah melewati daerah pantai dan daerah sepi yang nyaris tak pernah dilewati orang, mereka berbalik ke arah utara menuju Madinah. Berbagai upaya yang dilakukan Rasulullah ini, hanya merupakan usaha manusia semata yang dilakukan secara maksimal. Adapun mengenai keberhasilan dan kegagalan merupakan hak Allah yang menentukannya. Buktinya, walaupun Ali bin Abu Thalib diminta Rasulullah menggantikan posisinya di tempat tidur beliau, tetap saja ada yang mengetahui bahwa Rasulullah telah tidak di rumahnya. Pada saat itulah pertolongan Allah turun. Allah menutup mata dan hati para kafir Quraisy yang mengepung rumah Rasulullah saw. Meskipun sudah memperhitungkan secara matang, tetap saja para kafir Quraisy berhasil sampai di mulut Gua Tsur –tempat Rasulullah dan Abu Bakar bersembunyi-. Namun karena adanya kekuasaan Allah yang mampu menggetarkan hati orang-orang kafir. Mereka tidak melongok ke dalam gua. Kekuasaan Allah pulalah yang memerintahkan burung merpati untuk bertelur di pintu gua. Allah pulalah yang berperan dengan memerintahkan laba-laba untuk merangkai sarangnya menutupi pintu gua. Rasulullah dan Abu Bakar sudah memilih jalan yang aman menuju Madinah, tetap saja Suraqah bin Naufal mampu menemukan mereka. Lagi-lagi hanya karena pertolongan Allah yang menyebabkan kaki kuda Suraqah terperosok sehingga menyebabkan tak sanggup menangkap dan membunuh Rasulullah saw. Begitulah perjuangan. Ia tak hanya cukup dengan kerja keras dan usaha maksimal, tapi juga memerlukan bantuan dari Allah. Sebaliknya, bantuan dari Allah tak bisa turun begitu saja. Ia memerlukan usaha yang maksimal. Dua faktor ini ibarat mata keping uang yang tak bisa dipisahkan. Allah berfirman, “Hai orang-orang yang beriman, jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu.” (QS Muhammad (47):7) (Disarikan dari buku Belajar dari Dua Umar, Bab 1 Antara Usaha dan Pertolongan Allah, karya Hepi Andi Bastoni) |
Menempuh Perjalanan Membutuhkan Rambu
Hari Ahad kemarin (25 Januari 2009), saya berkunjung ke rumah seorang sahabat, kang Taufan E. Prast namanya. Menurut keterangan, jika berangkat dari Blok M, maka rutenya adalah naik metro mini S 69 jurusan Blok M – Cileduk dan turun di Carrefour. Dari Carrefour naik angkot 02 jurusan Kunciran. Bila berangkat dari Rambutan, rute yang harus diambil adalah naik PAC 73 jurusan Cileduk dan juga turun di Carrefour. Untuk selanjutnya naik angkot yang sama, angkot 02 jurusan Kunciran. Itu bila naik angkutan umum. Sedangkan saya mengendarai kendaraan pribadi. Ada perbedaan antara mengendarai angkutan umum dan kendaraan pribadi. Naik angkutan umum dengan rute yang sudah jelas, relatif lebih mudah daripada mengendarai kendaraan pribadi. Soalnya bila naik angkutan umum, kita hanya pesan kepada kondektur, tolong ingatkan halte tempat kita turun. Setelah itu kita dapat bersantai. Dapat bercakap-cakap dengan teman, dapat pula dimanfaatkan untuk istirahat atau digunakan untuk membaca. Lain halnya jika mengendarai kendaraan pribadi. Daerah Cileduk tidak terlalu asing bagi saya, tapi juga tidak tahu banyak tentang daerah Cileduk. Saya hanya ingat arah ke Cileduk, bila datang dari arah jl. Sudirman dan sampai di perempatan menjelang terminal Blok M, maka kendaraan dibelokkan ke kanan. Kemudian kendaraan akan melewati RS Pertamina. Untuk selanjutnya kendaraan hanya mengikuti jalan, terus lurus dan tidak perlu berbelok-belok. Begitu yang saya tahu. Bingung nggak, dengan perjalanan yang cukup jauh dan pengetahuan daerah yang dituju hanya pas-pasan??? Segala yang diketahui dijadikan petunjuk. Belok ke kanan setelah sampai diperempatan menjelang terminal Blok M, ini merupakan petunjuk pertama. Saya berangkat dari rumah pukul 09.30. Melewati Pasar Pondok Gede, daerah Pinang Ranti, Hek, Kramat Jati dan sampai di Cawang. Dari Cawang, motor saya arahkan ke Komdak. Dari sana, saya langsung mengambil jalan Sudirman hingga sampai di pintu IX Senayan. Selanjutnya kendaraan diarahkan ke terminal Blok M hingga sampai di perempatan menjelang terminal. Kendaraan selanjutnya dibelokkan ke kanan menuju daerah Cileduk. Sampai di rute ini, saya tidak bingung. Petunjuk kedua adalah dari perempatan itu hingga ke perempatan Cileduk kurang lebih berjarak 10 km. Petunjuk ketiga adalah mall Carefour. Perjalanan motor melintasi rumah sakit Pertamina, memasuki jalan fly over. Beberapa saat setelah melewati fly over, saya terkejut. Lho! Ini ada mall Carefour? Letaknya di kiri jalan. Saya langsung menelpon seorang teman mencari jawaban dari kebingungan ini. “Wi, letak Carefour yang dekat rumah kang Taufan itu di kiri jalan atau kanan jalan?” “Kanan jalan.” Saya terus memacu sepeda motor. Memperhatikan jalan sambil tetap memperhatikan kanan jalan. Saya khawatir mall Carefour yang menjadi patokan terlewati. Saya teringat kembali petunjuk yang kedua bahwa jarak dari perempatan Blok M hingga perempatan Cileduk kurang lebih 10 km. Teringat petunjuk kedua ini membuat saya mempercepat laju kendaraan. Berarti mall Carefour masih jauh. Setiap ada mall, mata mencoba mencermati. Apakah Carefour atau bukan. Setiap ada bangunan yang besar, saya coba untuk mengingat-ingat namanya. Saya melintasi sebuah rumah sakit, saya coba rekam nama rumah sakit itu, barangkali nanti dibutuhkan. Saya melintasi sebuah mall lain. Sudah jauh jalan yang ditempuh, namun mall Carefour tidak kunjung terlihat. Motor terus dipacu, sambil tetap terus memperhatikan sekitar dengan seksama. Pandangan saya menangkap sebuah tulisan yang menjelaskan bahwa jarak mall Carefour tinggal 3 km lagi. Informasi ini membuat saya menjadi lega. Berarti saya sudah berada di jalan yang benar. Metro mini nomor S 69 juga masih berjalan searah dengan laju motorku. Ini juga semakin membuat saya lega. 3 km sisa telah saya lalui dan mall Carefour pun terlihat. Saya segera menanyakan dimana perempatan Cileduk. Sebab teman berjanji akan menjemput saya di sana. Kerena dia tidak ada, saya segera menelpon ke tempat tujuan. Saya kembali memperoleh petunjuk-petunjuk yang dapat mengantarkan ke tujuan. Petunjuk berikutnya adalah setelah pasar Bengkong belok ke kiri. Letak pasar Bengkong itu setelah mall Giant. Singkat cerita, mall Giant pun terlihat dan pertigaan pasar Bengkong pun dapat ditemukan. Untuk mempermudah saya berniat mengikuti angkot 02. Namun ternyata angkot 02 tidak terlihat. Saya terus saja melanjutkan perjalanan. Dari arah berlawanan, nampak angkot 02. Ini berarti saya berada di jalan yang benar. Sampai di sebuah pertigaan, saya kembali bertanya, “Dimana kompleks Pepabri?” “Terus saja!” “Itu!” jawabnya Perjalanan dalam hidup ini lebih dari 40 km. Rambu-rambu yang mengantarkan kita ke tujuan tentulah banyak. Memperhatikan rambu-rambu merupakan sesuatu yang tidak dapat ditawar-tawar. Bila ingin sampai di tujuan, mengikuti pesan-pesan yang terdapat di rambu tidak bisa diabaikan. Rambu mengajarkan bahwa Rasulullah berpuasa dan juga berbuka, shalat malam dan juga tidur. Tindakan melakukan puasa terus menerus dan tidak berbuka, sama saja dengan mengabaikan rambu. Kita terkadang bingung, kemanakah kaki harus melangkah. Apakah kaki yang sedang menempuh jalan ini akan mengantarkan sampai ke tujuan atau tidak? Cobalah bertanya kepada orang yang tahu! Jangan dibiarkan pikiran ?mengambil keputusannya sendiri tanpa adanya pertimbangan-pertimbangan yang jelas. Bila akal tidak dituntun oleh rambu, tentu perjalanan tidak akan berujung pada tujuan yang sebenarnya. Mengamati kondisi perjalanan juga merupakan hal yang penting. Masihkah kita berada di jalan yang benar? Adakah rambu selanjutnya yang semakin mendekatkan kita pada tujuan? Bila kita tidak menemukan rambu-rambu lain yang semakin mendekatkan kita pada tujuan, maka waspadalah! Jangan-jangan kita sudah berada di luar jalur alias bukan di jalan yang benar. (arnab) |
Meraih makna tertinggi sholat Arbain
Shalat di masjidku ini (Masjid Nabawi) lebih utama 1000 kali dibanding shalat di masjid lainnya kecuali di Masjidil Haram dan shalat di Masjidil Haram lebih utama 100.000 kali shalat daripada masjid lainnya. (HR. Ahmad Ibnu Huzaimah dan Hakim).
MADINAH-Jemaah haji Indonesia yang berangkat dalam gelombang I kini tengah berada di Madinah Al Munawarah. Mereka berada di sana selama 8-9 hari lamanya. Berbagai aktifitas ibadah mereka lakukan di sana. Mulai dari shalat fardhu yang lima waktu, ibadah-ibadah sunnah, berziyarah ke makam Rasulullah Saw dan para sahabat, dan melakukan Shalat Arbain. Apa itu Arbain? Arbain adalah sebuah silsilah ibadah shalat fardhu yang dilakukan sebanyak 40 kali tanpa terputus sekalipun. Sebagaimana yang disampaikan dalam sebuah hadits Rasulullah Saw yang berbunyi:
|
Cat Steven, Masuk Islam Saat Berada di Puncak Ketenaran
Popularitas dan kekayaan tidak menjamin seseorang hidup bahagia. Cat Steven, bintang pop era tahun '70-an, yang kemudian dikenal dengan nama Yusuf Islam, justeru merasakan kegelisahan hidupnya ketika sedang berada di puncak popularitas dimana ia hidup bergelimang harta. Kegelisahan yang mendorongnya untuk menyusuri jalan panjang mencari Tuhan hingga ia menemukan cahaya Islam dan akhirnya menjadi juru dakwah lewat kegiatan musiknya dan aktif dalam kegiatan-kegiatan sosial. Bintang Pop Sejak kecil Yusuf Islam sudah akrab dengan panggung-panggung hiburan karena bisnis keluarganya bergerak dalam bidang itu. Ia terbiasa hidup dalam kemewahan kalangan sosial kelas tinggi di Inggris. Sebagai penganut ajaran Kristen, keluarganya mengajarkan Yusuf bahwa Tuhan itu ada, tapi manusia tidak bisa melakukan kontak langsung dengan Tuhan. Umat Kristiani meyakini Yesus sebagai perantara antara manusia dengan Tuhan. "Saya menerima ajaran itu, tapi saya tidak menelannya mentah-mentah," kata Yusuf. "Saya melihat patung-patung Yesus, mereka cuma benda mati tanpa nyawa. Saya tambah bingung ketika mereka bilang Tuhan ada tiga. Tapi saya tidak mendebat pernyataan itu. Saya menerimanya, karena saya harus menghormati keyakinan orang-orang tua saya," sambungnya. Beranjak dewasa, Yusuf mulai menggeluti musik dan ia mulai melupakan kebingungannya terhadap ajaran agamanya karena ia sendiri mulai jauh dari kekristenan. Impiannya saat itu hanyalah menjadi bintang musik pop. Apa yang ia lihat dan ia baca di media massa sangat mempengaruhi pemikirannya untuk menjadi seorang bintang. Yusuf punya paman yang punya mobil mewah dan mahal. Ketika itu Yusuf berpikir, pamannya punya mobil mewah karena punya banyak uang. "Banyak orang di sekeliling saya memberi pengaruh pada pemikiran saya bahwa uang dan dunia adalah Tuhan mereka. Sehingga saya memutuskan untuk bahwa itulah hidup saya. Banyak uang, hidup enak," tutur Yusuf. Meski demikian, Yusuf mengaku saat itu masih ada sisi kemanusiaan jauh di dalam hatinya, keinginan untuk membantu sesama manusia jika ia jadi orang kaya kelak. Yusuf pun membangun karirnya sebagai musisi dan penyanyi. Dalam usia yang masih remaja, Yusuf sudah mengenyam kesuksesan dan keinginannya menjadi seorang 'bintang besar' tercapai. Nama dan foto-fotonya muncul di hampir seluruh media massa. Yusuf pun merasakan kenikmatan dunia, tapi itu tak membuatnya jadi puas, ia ingin kehidupan yang lebih dan lebih dari apa yang ia miliki, sayangnya Yusuf terjerumus ke jalan yang salah. Ia memilih narkoba dan minuman keras untuk mencari kehidupan yang ia inginkan itu. Mencari Kebenaran Baru setahun Yusuf mengenyam kesuksesan dalam karir dan finansialnya. Yusuf terkena tubercolusis akibat gaya hidup dan kebiasaannya menenggak minuman keras dan narkoba. Ia sakit parah dan harus dirawat di rumah sakit. Saat itu Yusuf pun berpikir, 'mengapa saya di sini, tergelatak di tempat tidur?, 'apa yang terjadi pada saya? apakah saya cuma seonggok tubuh? apakah tujuan hidup saya semata-mata hanya untuk memuaskan tubuh ini?. Pertanyaan-pertanyaan itu mengganggu pikirannya dan ia mencoba mencari jawabannya. Karena pada masa itu di kalangan masyarakat Barat sedang trend mempelajari hal-hal yang berbau mistis dari Timur, Yusuf pun ikut mempelajarinya. Ia mulai sadar tentang kematian. Ia mulai melakukan meditasi dan menjadi vegetarian. Tapi pertanyaan-pertanyaan bahwa dirinya bukan hanya seonggok tubuh manusia, tetap mengganggu pikirannya. Sebagai bintang pop, namanya terus merangkak ke tangga popularitas. Kekayaan terus mengalir, tapi ketika itu Yusuf mulai mencari kebenaran. Ia pun belajar agama Budha, namun di satu sisi, Yusuf belum berani meninggalkan kehidupan glamournya, meninggalkan kenikmatan dunia dan hidup seperti layaknya pendeta Budha, mengisolasikan diri dari masyarakat. Selanjutnya, Yusuf juga mempelajari Zen dan Ching, numerologi, kartu tarot dan astrologi, balik lagi mempelajari alkitab, tapi Yusuf tidak menemukan apa yang dicarinya, kebenaran yang hakiki. Sampai kemudian apa yang disebutnya mukjizat itu datang. "Saudara lelaki saya baru saja kembali dari kunjungannya ke Yerusalem dan disana ia mengunjungi sebuah masjid. Saudara saya itu sangat terkesan melihat masjid yang ramai dikunjungi orang, seperti ada denyut kehidupan, tapi atmosfir ketenangan dan kedamaiannya tetap terasa. Berbeda rasanya ketika ia mengunjungi gereja dan sinagog yang sepi," kata Yusuf. Ketika kembali ke London, saudara lelakinya itu memberikan al Quran pada Yusuf Islam. "Dia tidak masuk Islam, tapi ia merasakan sesuatu di agama ini (Islam) dan ia pikir saya juga akan merasakan hal yang sama. Saya menerima al Quran pemberian saudara saya itu dan membacanya. Saat itulah saya merasakan bahwa saya telah menemukan agama yang benar, agama yang tidak seperti pandangan masyarakat Barat selama ini bahwa agama hanya untuk orang-orang tua," tukas Yusuf. Ia melanjutkan,"Di Barat, jika ada orang yang ingin memeluk satu agama dan menjadikannya sebagai cara hidunya, maka orang yang bersangkutan akan dianggap fanatik. Tapi setelah membaca al Quran saya yang awalnya bingung tentang tubuh dan jiwa, akhirnya menyadari bahwa keduanya adalah bagian yang tak terpisahkan, Anda tidak perlu pergi ke gunung untuk menjadi religius." Saat itu, satu-satunya yang diinginkan Yusuf Islam adalah menjadi seorang Muslim. Dari al Quran ia tahu bahwa semua rasul dan nabi dikirim Allah swt untuk menyampaikan pesan yang sama. "Mengapa kemudian Yahudi dan Kristen berbeda? Kaum Yahudi tidak mau menerima Yesus sebagai Mesiah dan mereka mengubah perintah-perintah Tuhan. Sementara Kristen salah memahami perintah-perintah Tuhan dan menyebut Yesus sebagai anak Tuhan. Tapi dalam al Quran saya menemukan keindahan, al- Quran melarang menyembah matahari atau bulan tapi memerintahkan umat manusia untuk mempelajari dan merenungi semua ciptaan Allah swt ," papar Yusuf Islam. "Ketika saya membaca al Quran lebih jauh lagi, al Quran bicara soal salat, sedekah dan perbuatan baik. Saya belum menjadi seorang Muslim saat itu, tapi saya merasa al Quran adalah jawaban buat saya dan Allah swt telah mengirimkannya pada saya," sambung Yusuf Islam. Mengucap Dua Kalimat Syahadat Yusuf Islam kemudian memutuskan untuk berkunjung ke Yerusalem. Di kota suci itu, ia datang ke masjid dan duduk di sana. "Seseorang bertanya, apa yang ia inginkan, saya menjawab bahwa saya seorang Muslim. Orang itu bertanya lagi, siapa nama saya. Saya jawab 'Steven'. Orang itu tampak bingung. Saya ikut salah berjamaah, meski salat saya tidak begitu sukses," kisah Yusuf menceritakan pengalamannya di sebuah masjid di Yerusalem. Kembali ke London, Yusuf menemui seorang muslimah bernama Nafisa dan mengatakan bahwa ia ingin masuk Islam. Nafisa kemudian mengajak Yusuf ke Masjid New Regent. Ketika itu tahun 1977, satu satu setengah tahun sesudah ia membaca al Quran yang diberikan saudara lelakinya. Pada hari Jumat, setelah salat Jumat, Yusuf menemui imam masjid dan mengucapkan dua kalimat syahadat. Ia pun menjadi seorang Muslim. Nama Cat Steven diganti menjadi Yusuf Islam. "Saya pun akhirnya tahu bahwa saya bisa melakukan kontak langsung dengan Tuhan, tidak seperti dalam agama Hindu dan Kristen yang harus melalui perantara. Dalam Islam, semua penghalang itu tidak ada . Satu-satunya yang membedakan orang yang bertakwa dan tidak bertakwa adalah salatnya, salat adalah proses pemurnian diri," papar Yusuf Islam. "Akhirnya, saya ingin mengatakan bahwa apa yang saya lakukan saat ini adalah untuk Allah swt semata. Saya berharap Anda mendapatkan inspirasi dari pengalaman saya ini. Satu yang ingin saya katakan, saya tidak pernah sekalipun berinteraksi dengan seorang Muslim pun sebelum saya masuk Islam. Saya lebih dulu membaca al Quran dan menyadari bahwa tak seorang pun sempurna. Tapi Islam adalah agama yang sempurna dan jika kita mengikuti apa yang dicontohkan Rasulullah Muhammad saw, hidup kita akan selamat. Semoga Allah swt senantiasa membimbing umat Rasulullah Muhammad saw ke jalan yang lurus. amiin," kata Yusuf Islam menutup pembicaraan. |
Hikmah Dibalik Turunnya Ayat Larangan Minuman Keras
Bagaimana sikap para pembaca sekarang, ketika melihat sebuah motor ?melintas dengan kondisi lampu depannya menyala di siang hari? Apakah para ?pembaca akan mengingatkan pengendaranya untuk mematikan lampu itu? Tentu ?tidak. Karena saat ini, motor dianjurkan (diwajibkan) untuk menyalakan lampu ?depannya di siang hari. Tatkala kita ingat peraturan baru itu, kita akan ?mengurungkan niat untuk menegur yang semulanya ingin menegur. Berbeda ?ketika peraturan baru itu belum keluar.?
Adakah masyarakat yang protes dengan peraturan ini? Tentu saja ada. ?Diantaranya beralasan, “Wah kalau seperti ini, accu (baca aki) motor saya cepat ?habis.”?
Bagaimana sikap masyarakat? Apakah disambut tangan terbuka, diterima ?dengan lapang dada? Bagaimana sikap pengusaha rokok? Bagaimana sikap ?para karyawan yang bekerja dalam memproduksi rokok? Bagaimana sikap ?keluarga para karyawan yang bekerja dalam memproduksi rokok??
|
Selalulah Berniat Baik dan Jagalah Niat Itu
Abu Hurairah RA berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Barang siapa mati tanpa pernah berperang dan tidak pernah berniat untuk berperang, maka ia mati dalam keadaan memiliki salah satu cabang (sifat) kemunafikan.” (HR. Muslim) Abdullah bin Abbas ra. berkata, "Rasulullah Saw bersabda, 'Sesungguhnya Allah mencatat kebaikan (hasanât) dan kejahatan/keburukan (sayyiat), kemudian menjelaskan keduanya. Maka siapa yang berniat akan berbuat kebaikan kemudian tidak dikerjakannya, Allah mencatat untuknya 1 kebaikan, dan jika berniat kebaikan, kemudian dikerjakan, dicatat sepuluh kebaikan, mungkin ditambah hingga 700 kali lipat atau lebih dari itu. Dan apabila berniat akan berbuat kejahatan/keburukan dan tidak dikerjakan, Allah mencatat baginya satu kebaikan. Dan jika niat itu dilaksanakan, maka ditulis baginya satu keburukan." (HR ukhari dan Muslim) Dua hadits di atas menarik sekali untuk diperhatikan. Betapa tidak? Dengan niat, seseorang dapat dibedakan dengan yang munafik dan dengan yang tidak. Dengan hanya berniat untuk berperang di jalan Allah, membuat seseorang menjadi beda dengan orang yang munafik. Padahal kalau kita mengingat apa balasan Allah bagi orang munafik, tentu akan merasa ngeri. Orang-orang munafik akan ditempatkan Allah di keraknya neraka. Bukankah dengan mengingat keterangan ini, niat menjadi sesuatu yang penting? Hadits kedua juga tidak kalah menariknya. Hadits ini menekankan pentingnya kita untuk selalu berniat melakukan perbuatan amal shalih, jika belum mampu untuk mengerjakannya. Jika belum mampu menunaikan haji, maka berniatlah untuk menunaikan ibadah haji. Jika belum mampu untuk berkurban (memotong hewan kurban), maka niatlah. Jika belum bisa bangun malam untuk menunaikan shalat malam, niatlah! Bila seseorang senantiasa memiliki niat baik, Insya Allah dia akan selalu mempunyai kecendrungan berbuat baik. Seseorang yang sudah mempunyai kecendrungan dan keinginan seperti ini tinggal menunggu adanya kesempatan untuk berbuat baik. Seorang tidak dapat berbuat kemungkaran, bila dia tidak memperoleh kesempatan untuk mencuri misalnya, walaupun dia berniat untuk mencuri. Seorang tidak dapat berbuat kemungkaran, bila dia tidak berniat untuk mencuri misalnya, walaupun kesempatan itu ada. Demikian pula dengan berbuat baik dan amal shalih. Seseorang tidak dapat menunaikan haji, bila hanya ada kesempatan saja. Bukankah banyak orang yang memiliki harta yang cukup untuk menunaikan haji, namun dia tidak berniat untuk menunaikannya? Bukankah tidak sedikit orang memiliki kemampuan untuk berkurban, namun keinginan untuk melakukannya tidak ada? Pasanglah niat baik dan jagalah niat itu selalu hingga datang kesempatan untuk melakukannya. (arnab) |
Selalulah Berniat Baik dan Jagalah Niat Itu
Abu Hurairah RA berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Barang siapa mati tanpa pernah berperang dan tidak pernah berniat untuk berperang, maka ia mati dalam keadaan memiliki salah satu cabang (sifat) kemunafikan.” (HR. Muslim) Abdullah bin Abbas ra. berkata, "Rasulullah Saw bersabda, 'Sesungguhnya Allah mencatat kebaikan (hasanât) dan kejahatan/keburukan (sayyiat), kemudian menjelaskan keduanya. Maka siapa yang berniat akan berbuat kebaikan kemudian tidak dikerjakannya, Allah mencatat untuknya 1 kebaikan, dan jika berniat kebaikan, kemudian dikerjakan, dicatat sepuluh kebaikan, mungkin ditambah hingga 700 kali lipat atau lebih dari itu. Dan apabila berniat akan berbuat kejahatan/keburukan dan tidak dikerjakan, Allah mencatat baginya satu kebaikan. Dan jika niat itu dilaksanakan, maka ditulis baginya satu keburukan." (HR ukhari dan Muslim) Dua hadits di atas menarik sekali untuk diperhatikan. Betapa tidak? Dengan niat, seseorang dapat dibedakan dengan yang munafik dan dengan yang tidak. Dengan hanya berniat untuk berperang di jalan Allah, membuat seseorang menjadi beda dengan orang yang munafik. Padahal kalau kita mengingat apa balasan Allah bagi orang munafik, tentu akan merasa ngeri. Orang-orang munafik akan ditempatkan Allah di keraknya neraka. Bukankah dengan mengingat keterangan ini, niat menjadi sesuatu yang penting? Hadits kedua juga tidak kalah menariknya. Hadits ini menekankan pentingnya kita untuk selalu berniat melakukan perbuatan amal shalih, jika belum mampu untuk mengerjakannya. Jika belum mampu menunaikan haji, maka berniatlah untuk menunaikan ibadah haji. Jika belum mampu untuk berkurban (memotong hewan kurban), maka niatlah. Jika belum bisa bangun malam untuk menunaikan shalat malam, niatlah! Bila seseorang senantiasa memiliki niat baik, Insya Allah dia akan selalu mempunyai kecendrungan berbuat baik. Seseorang yang sudah mempunyai kecendrungan dan keinginan seperti ini tinggal menunggu adanya kesempatan untuk berbuat baik. Seorang tidak dapat berbuat kemungkaran, bila dia tidak memperoleh kesempatan untuk mencuri misalnya, walaupun dia berniat untuk mencuri. Seorang tidak dapat berbuat kemungkaran, bila dia tidak berniat untuk mencuri misalnya, walaupun kesempatan itu ada. Demikian pula dengan berbuat baik dan amal shalih. Seseorang tidak dapat menunaikan haji, bila hanya ada kesempatan saja. Bukankah banyak orang yang memiliki harta yang cukup untuk menunaikan haji, namun dia tidak berniat untuk menunaikannya? Bukankah tidak sedikit orang memiliki kemampuan untuk berkurban, namun keinginan untuk melakukannya tidak ada? Pasanglah niat baik dan jagalah niat itu selalu hingga datang kesempatan untuk melakukannya. (arnab) |
Nourdeen Wilderman, Mualaf yang Memelopori Database Masjid di Belanda
Nourdeen Wilderman, Mualaf yang Memelopori Database Masjid di Belanda |
Silaturahmi Meluaskan Rezeki & Memperpanjang Umur
Manfaat lain dari membina hubungan antar sesama atau dalam bahasa Islamnya adalah silaturrahim adalah bahwa ia bisa membuat rezeki seseorang menjadi bertambah luas dan memperpanjang usia. Hal ini disitir dari hadits Nabi Saw yang berbunyi: Maka dalam menyikapi hadits shahih dari Rasulullah Saw kita harus memiliki pandangan yang bijak, sebab boleh jadi apa yang disampaikan Rasulullah Saw ini adalah makna tersirat bukan yang tersurat. 2. Silaturrahmi dapat memanjangkan umur juga bisa dipahami bahwa Allah Swt memberi keberkahan pada seseorang. Katakanlah untuk menjadi seorang dokter spesialis seseorang harus menimba ilmu bertahun-tahun. Saat ia praktik pun ia boleh memasang tarif sekehendak hatinya. Namun bila ada seseorang yang rajin menjalin hubungan baik dan suka bersilaturrahmi kepada dokter spesialis ini, tentu sang dokter akan enggan menerima bayaran dari orang baik tersebut. Ini boleh jadi yang disebut sebagai menambah rezeki. Dan disamping itu, orang baik yang suka bersilaturrahmi kepada dokter ini boleh bertanya apa saja kepada dokter tentang ilmu yang dokter kuasai tanpa harus kuliah kedokteran yang memakan waktu bertahun-tahun. Pria itu bisa dapat informasi tentang ilmu medis dalam waktu singkat tanpa harus buang-buang umur. Bukankah ini yang namanya panjang umur?! Apalagi, sang dokter pastilah akan dengan senang hati menjawab semua pertanyaan orang baik ini yang senantiasa menjaga hubungan silaturrahmi. Saya baru-baru ini terkesima membaca sebuah artikel guratan Hendro Prasetyo di internet yang menyingkap hikmah dari sebuah kebiasaan silaturrahmi. Dalam artikel tersebut disebutkan bahwa antara tahun 1965 – 1974 ada dua orang ahli epidemi penyakit yang melakukan riset pada gaya hidup dan kesehatan penduduk Alameda County, California yang berjumlah 4.725 orang. Hasil menarik dari riset itu adalah bahwa mereka menemukan bahwa angka kematian tiga kali lebih tinggi pada orang yang eksklusif (tertutup) dibandingkan orang-orang yang rajin bersilaturrahmi dan menjalin hubungan. Pada artikel tersebut juga disampaikan bahwa ada sebuah riset yang pernah dilakukan pada penduduk Seattle ditahun 1997. Riset tersebut menyimpulkan bahwa biaya kesehatan lebih rendah didapati pada keluarga yang suka bersilaturrahmi dengan orang lain, dan konon keluarga yang seperti ini jauh lebih sehat dibandingkan keluarga-keluarga lain. MacArthur Foundation di AS mengeluarkan kesimpulan sejalan yang menyatakan bahwa manusia lanjut usia (manula) bisa bertahan hidup lebih lama itu karena disebabkan mereka kerap bersilaturrahmi dengan keluarga & kerabat serta rajin hadir dalam pertemuan-pertemuan. Subhanallah..., begitu dahsyatnya manfaat silaturrahmi yang diajarkan oleh Rasulullah Saw hingga ilmu pengetahuan modern telah membuktikan kebenaran bahwa ia dapat memperpanjang umur!!! Seorang sosiolog Harvard bernama Mark Granovetter melakukan riset pada cara bagaimana orang mendapatkan pekerjaan. Riset ini dilakukan pada tahun 1970-an. Ia menemukan bahwa mayoritas orang mendapat pekerjaan berdasarkan koneksi pribadi. Karena koneksi atau hubungan silaturrahmi itulah seseorang mendapatkan pekerjaan. Saat ditanya oleh ayah saya, ibu itu selalu berpesan kepada ketiga anaknya untuk mencium tangannya terlebih dahulu sebelum mereka semua memulai aktifitas hari-hari mereka. Ketika anak-anaknya pergi meninggalkan rumah, ibu itu mengantarkan mereka dengan iringan doa hingga Allah beri keberkahan dan kebaikan yang banyak untuk anak-anaknya. Seorang sahabat bernama Hisyam Said. Seperti kebanyakan pengusaha, maju-mundur bisnis adalah hal biasa. Namun belakangan ini bisnis fast food yg ia jalani begitu cepat berkembang. Puluhan outlet bernama Paparon Pizza sudah mengisi sudut-sudut kota di tanah air. Hisyam menyadari bahwa bisnis yang ia jalani amat erat bergantung dengan keridhaan ummi atau ibunya. Meski kantor pusat pizza tersebut berada di Warung Jati Jakarta Selatan, namun ia malah memilih berkantor di kawasan Kramat Jakarta Pusat. Di sana setiap pagi dan sore, Hisyam bisa mengunjungi umminya yang sudah berusia 80 tahun lebih dan menghiburnya di masa-masa tua usianya. “Ridhallahi fi ridhal waalidaini, wa sukhtullahi fii sukhtil walidaini.” Demikianlah keberkahan Allah yg diturunkan bagi hamba-hambaNya yang kerap menyambungkan tali silaturahmi. |