Negeri para kaum mesum dan koruptor. Inilah dua julukan yang sekaran g ini disandang oleh bangsa ini. Tidak cukup kuat orang-orang baik, yang ingin memperbaiki negeri ini, karena akhirnya perlahan-lahan semuanya luruh, dan bertekuk lutut erhadap para bandit dan kaum pengikut pengumbar hawa nafsu. Orang-orang yang masih memiliki idealis, akhirnya memilih pasif dan diam. Mereka hanya dapat bergumam secara perlahan : Inna lillahi wa inna ilaihi roji’un.
Tapi, kehidupan harus terus dijalani dengan penuh kesabaran, dan tetap adanya ikhtiar dan tawakal, yang ini merupakan sikap yang harus tetap dipegang dengan erat. Kehidupan akan tetap bermakna bagi siapapun yang masih memiliki idealisme, dan berpegang teguh dengan idealisme. Memiliki sikap teguh, tidak goyah oleh terpaaan badai angkara murka, yang kadang-kadang menghempaskan kehidupan.
Setidaknya kalau saat sekarang ini orang-orang yang masih memiliki idealisme, dan hidup dengan penuh cita-cita yang suci dan mulia, pilihannya meninggalkan seluruh lingkungan yang rusak dan bathil, dan membuat kehidupan sendiri bersama keluarga, sanak dan familinya, serta membantuk komunitas baru, yang bersih dari segala kotoran kehidupan dunia.
Betapa Allah Azza Wa Jalla telah menganugerahi kenikmatan dengan berbagai pemberian yang tak terhingga kepada manusia, tetapi manusia tetap saja, tidak mau bersyukur, dan banyak diantara mereka berbuat durhaka. Kehidupan ini akan berakhir dengan pasti. Tidak ada yang tidak berakhir di dalam kehidupan di dunia ini. Siapapun akan menemui kematiannya. Mengapa manusia harus menjadi sombong , dan tidak mau melakukan kebajikan, dan justru berbuat durhaka, maksiat, dan menjauhi penciptanya Allah Azza Wa Jalla.
Allah Rabbul Alamin memberikan shirath (jalan lurus) berupa ‘din’, yang sebenarnya dapat menjadi jalan bagi dirinya. Manusia akan selamat di dunia dan akhirat, ketika manusia itu mengikut shirath (jalan lurus), yang telah ditetapkan oleh Allah Azza Wa Jalla.
Bangsa ini dapat memilih dengan caranya dan cara yang sudah ditetapkan oleh Allah Azza Wa Jalla, cara (minhaj) yang diberikan oleh Allah inilah yang akan memastikan kebahagian bagi kehidupan manusia.
Bangsa ini sudah masuk ke dalam kubangan lumpur kehinaan, akibat perbuatan nistanya, dan masih tetap bodoh, dan tidak mau keluar dari kubangan lumpur kehinaan, yang terus membawanya ke dalam jurang kehancuran.
Masihkah bangsa ini menginginkan predikat (julukan) sebagai bangsa mesum dan korup? Itu tergantung dari diri mereka sendiri. Karena yang dapat mengubah hanya diri mereka sendiri. Allah Azza Wa Jalla telah memberikan ‘hudan’ (pentunjuk), tetapi apakah manusia bersedia untuk menjadikan ‘din’ itu sebagai petunjuk?
Betapa beratnya tetap berpegang kepada tali agama Allah, yaitu Islam. Hanya sedikit orang yang tetap kuat memegang tali-Nya. Memegang tali Allah, yaitu din, menjadi sebuah perjuangan yang sangat berat. Tidak mudah.
Karena, jenis jin dan setan yang berbentuk manusia, berusaha terus menggelincirkan manusia, agar berbuat dosa dan maksiat. Mereka berjanji kepada Allah Azza Wa Jalla, menggoda, mengajak, mengarahkan, dan bahkan menipu manusia agar mereka berbuat durhaka. Setan melalui segala pintu kelemahan manusia, terus berusaha menjadikan golongan menusia menjadi golongan mereka (setan).
Ibnul Qayyim al-Jauzi membagi manusia ke dalam tiga golongan, ada kalanya manusia mengetahui kebenaran, tetapi adakalanya tidak mengetahui kebenaran. Orang yang mengetahui kebenaran, diantaranya ada yang melaksanakan tuntutannya, dan ada pula yang menentangnya. Orang yang mengetahui kebenaran dan kemudian mengamalkannya, adalah orang yang diberi nikmat oleh Allah. Dialah orang yang menyucikan jiwanya dengan agama (din), dan menjadi orang yang shalih, disayangi oleh Rabbnya, dan tidak berbuat maksiat serta menjauhi ajakan setan untuk berbuat durhaka, dan menentang Allah Azza Wa Jalla.
Sekarang betapa banyak orang yang berilmu, dan dengan llmunya itu mensiasati kehidupan, yang bertujuan demi hawa nafsunya. Setan dengan kemampuannya terus mengarahkan, membujuk, dan mempengaruhi manusia, agar menusia tergelincir, dan masuk ke dalam kehidupan yang hina dina.
Orang yang mengetahui kebenaran, tetapi dia mengikuti hawa nafsunya, adalah orang yang dimurkai Allah, karena berbuat dzalim. Sedangkan orang yang tidak mengetahui kebenaran, dan mengikuti hawa nafsunya, adalah orang yang sesat, tidak mendapat petunjuk dalam beramal.
Betapa banyaknya orang yang beribadah, memiliki ilmu agama, dan dengan latar pendidikan yang tinggi, tetapi tidak dapat melaksanakan nilai-nilai kebenaran, dan justru menjadi pendukung kebathilan, serta terus bersama para ahli bathil, serta berpartisipasi dalam segala bentuk aktivitas dan gerakan yang hanya memberikan kepada entitas kebathilan.
Hari ini manusia sangatlah sulit dan menghadapi kesulitan besar, karena mereka telah dibelenggu oleh hawa nafsu mereka. Setan melalui wasilah seperti wanita, harta, dan tahta (kekuasaan), telah menutup kebenaran yang sudah jelas, tetapi manusia yang hina dan dina oleh bujukan setan itu, tak dapat lagi membedakan antara yang haq dengn yang bathil. Sehingga, kehidupan mereka menjadi ‘’talbiz’ antara haq dan bathil.
Oleh karna itu, orang-orang Yahudi, yang telah melakukan kekafiran lebih berhak mendapat kemurkaan Allah, karena mereka sangat jauh dari kebenaran. Firman Allah Ta’ala :
“Alangkah buruknya (perbuatan) mereka yang menjual dirinya sendiri dengan kekafiran kepada apa yang telah diturunkan Allah, karena dengki bhwa Dia mnurunkan karunia-Nya. Karena itu, mereka mendapatkan kemurkaan”. (al-Baqarah : 90).
Dan firman-Nya lagi :
“Katakanlah : ‘Apakah akan aku beritahu kepadamu tentang orang-orang yang lebih buruk pembalasannya dari (orang-orang fasik) itu di sisi Allah, yaitu orang-orang yang dikutuki dan dimurkai Allah, diantara mereka ada yang dijadikan kera dan babi dan orang yang tersesat dari jalan yang lurus”. (al-Maidah : 60).
Itulah pandangan dari Allah Azza Wa Jalla terhadap orang-orang yang sudah dikuasai hawa nafsunya, dan tidak lagi menjadi shirath (jalan lurus) yang berupa din (Islam) sebagai petunjuk bagi kehidupan mereka. Mereka memilih meninggalkan Islam, dan memilih kenikmatan dunia. Sehingga mereka menjadi jauh dari Rabb. Itulah cara setan menyesatkan manusia, dan dipalingkan mereka dari Rabbnya, serta memilih kehidupan dunia, yang sangat sempit.
Allah Azza Wa Jalla memberikan gambaran orang-orang Yahudi sebagai kera dan babi, sejelek-jeleknya binatang, yang rakus seperti kera, dan tidak memiliki rasa malu seperti babi, yang bahkan memakan kotorannya sendiri. Manusia yang hanya mengejar kehidupan dunia, dan kenikmatan yang sifatnya hanyalah sesaat, sementara meninggalkan perintah Allah Ta’ala, maka tak lain, mereka menjadi pengikut para Yahudi dan setan.
Pengaruh Yahudi dan setan telah menyeruak ke dalam kehidupan baik yang bersifat individu dan kolektif, yang tidak mudah untu ditinggalkannya. Sebuah perjuangan yang sangat berat di zaman kini, di mana banyak orang terjerumus kehidupan yang sesat dan menghancurkan bagi mereka, tetapi mereka merasa yang mereka lakukan adalah kebenaran.
Betapa sia-sianya kehidupan mereka pada hari ini, yang tidak dapat menghindari dan menjauhi godaan setan, yang merusak itu. Wallahu’alam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar