MENU

Islamic Widget

Senin, 30 Agustus 2010

Perjalanan Hidup Hanya Sekali


PDF Cetak E-mail

Bagi para pembaca yang pernah membaca tulisan saya yang berjudul “Menempuh Perjalanan Membutuhkan Rambu”, tentu mengetahui bagaimana sulitnya untuk mencapai ke suatu tempat yang belum pernah dikunjungi. Apalagi tempat yang dituju amat jauh. Tempat yang dimaksud adalah rumah seorang sahabat yang tinggal di daerah Ciledug.

Hari Ahad kemarin (15/2-2009) saya kembali mengunjungi sahabat itu. Tapi perjalanan kali ini beda dengan perjalanan sebelumnya. Perjalanan kali ini lebih mudah, lebih tenang dan lebih yakin.


Dalam perjalanan sebelumnya. Sampai di jalan Sisimangaraja, ketika tiba di perempatan menjelang terminal Blok M, saya mengambil jalur cepat. Karena saya ingin berbelok ke kanan menuju Cileduk, melewati RS Pertamina, Mayetik dan seterusnya. Tapi permasalahannya di jalur cepat itu, tidak ada satu pun motor di sana, kecuali motor yang kukendarai.


Waktu itu, saya merasa tidak tenang. Setiap ada kendaraan yang baru datang di perempatan itu, saya menengok. Wah....yang datang mobil lagi. Di samping itu, di depan saya terlihat pak polisi sedang bertugas. Waah.....jangan-jangan kena tilang.


Begitu lampu hijau, ternyata tidak bisa langsung berbelok ke kanan. Terpaksa harus mengambil jalan lurus dan itu berarti saya harus melintasi pak polisi yang sedang berdiri. Bagaimana kira-kira perasaan pembaca menghadapi keadaan ini? Kita dalam keadaan salah (karena motor dalam jalur cepat). Ya....begitulah. Tidak tenang.


Perjalanan kemarin (15/2). Sampai di jalan Sisimangaraja, ketika tiba di perempatan menjelang terminal Blok M, saya langsung mengambil jalur lambat. Tujuannya adalah untuk berputar balik dan kemudian mengarahkan kendaraan ke Cileduk.


Beda memang rasanya antara perjalanan sebelumnya dengan perjalanan kemarin. Karena sudah pengalaman dan karena sudah tahu tidak boleh langsung berbelok ke kanan, saya merasa tenang. Saya dapat bersikap sebagaimana mestinya.


Sedangkan sebelumnya, saya bersikap meraba-raba, coba-coba alias trial and error. Sikap seperti ini tentu beresiko dan resikonya itu error.


Perjalanan kemarin itu (15/2) lebih nyaman. Karena saya mengadakan perjalanan dengan bekal perjalanan sebelumnya dan berbagai informasi yang diperoleh.


Berbeda dengan perjalanan sebelumnya. Perjalanan kala itu hanya berbekal informasi seadanya. Setelah melewati RS Pertamina dan Majestik, kendaraan diarahkan terus hingga Cileduk sampai bertemu dengan mall Carrefour. Setelah itu ikuti angkot no. 02. Karena angkot ini akan mengantarkan kita sampai ke pemberhentian terakhir yang letaknya dekat dengan tujuan saya.


Informasi ini membingungkan ketika baru beberapa menit dari Majestik, saya menemukan mall Carrefour yang terletak di kiri jalan. Apakah Carrefour ini yang dimaksud? Apakah dari sini saya harus mengikuti angkot 02. Di sini saya sempat bingung. Sebab setahu saya perjalanan yang harus ditempuh cukup jauh.


Alhamdulillah perjalanan kemarin (15/2) tidak seperti perjalanan sebelumnya. Saya tidak bingung. Sebab saya tahu bahwa Carrefour yang terletak di kiri jalan bukan Carrefour yang dimaksud. Tatkala melewati Carrefour yang ada di kiri jalan, saya tidak bingung dan motor terus dijalankan.


Di dalam perjalanan kemarin, saya sempat melihat metro mini S 69 (Blok M – Cileduk). Melihat metro mini ini, tidak berpengaruh apa-apa bagi saya.


Lain ketika dalam perjalanan sebelumnya, ketika melihat metro mini nomor ini, saya berpikiran, “Wah.....jalan yang sedang saya tempuh ini sudah benar. Karena masih searah dengan metro mini S 69.” Demikian pula ketika melihat metro mini ini datang dari arah yang berlawanan.


Ketika itu, berbagai rambu, informasi dan segala petunjuk benar-benar diperhatikan. Seperti petunjuk bahwa mall Carrefour tinggal beberapa kilometer lagi. Petunjuk ini benar-benar memantapkan laju motor saya. Sebab itu berarti perjalanan saya sudah berada di jalur yang benar.


Berbeda ketika kemarin. Petunjuk, rambu dan informasi tidak terlalu dipedulikan. Sebab sudah tahu arah tujuan saya. Saya terus mengarahkan motor hingga sampai di mall Carrefour. Perjalanan tidak sampai di sana. Motor saya arahkan hingga ujung jalan, tepatnya di sebuah pertigaan. Hingga pertigaan pasar Bengkong atau Bengkok (nggak jelas namanya). Dari sini saya tinggal mengarahkan kendaraan hingga komplek Pepabri.

Perjalanan kemarin memang perjalanan yang berbeda dengan sebelumnya. Saya dapat sampai di tujuan dengan tenang. Karena berbagai petunjuk, rambu dan informasi sudah saya ingat. Selain itu, saya juga sudah berpengalaman untuk sampai di tujuan.


Tapi lain halnya dengan perjalanan hidup. Perjalanan hidup hanya dijalani sekali. Tidak ada kesempatan kedua untuk mengulangi perjalanan hidup. Jika perjalanan hidup yang pertama telah usai, tidak ada lagi perjalanan hidup yang kedua. Jika kita selamat dalam perjalanan hidup, maka itu selamat untuk selamanya. Jika kita gagal dalam perjalanan hidup, maka itu gagal untuk selamanya. Tidak ada kesempatan untuk mengulanginya lagi. Semoga kita dapat menempuh perjalanan hidup ini dengan benar dan sampai di tujuan. Aaaamiiin

Tidak ada komentar:

Posting Komentar