Akibat krisis keuangan yang melanda Amerika Serikat, ekspor sejumlah komoditas antara lain Tekstil dan Produk Tekstil atau diistilahkan TPT, sejumlah industri kerajinan, pakaian jadi dari Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta terpuruk karena mengalami penurunan omzet hingga 40 persen. Ketua Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) Komisariat Daerah Semarang, Agung Wahono, Selasa (14/10) menjelaskan keterpurukan terjadi akibat sebagian besar produk terkstil Jateng diekspor ke Amerika Serikat dan negara-negara Eropa.
Diperkirakan, jumlah ekspor TPT Jateng akan turun 30-40% dalam satu bulan ke depan, akibat krisis keuangan global. “Apalagi AS dan negara Eropa menguasai 40% pangsa ekspor tekstil Jateng,” ucapnya
Di Kabupaten Purbalingga, pasar ekspor Jepang, Korea Selatan, China, Taiwan dan Arab Saudi kini menjadi tujuan favorit sejumlah industri kerajinan dan rambut di Purbalingga. Hingga saat ini belum ada penurunan permintaan atau pemutusan kontrak pembelian dari negara-negara tersebut terhadap produk kerajinan dari Purbalingga.
Nilai ekspor pakaian jadi dari Kabupaten Sleman, DIY menurun drastis dari rata-rata 2juta-3juta dollar AS perbulan menjadi hanya 800.000 dollar AS pada September lalu. Penurunan tersebut disebabkan oleh berkurangnya permintaan dari negara tujuan ekspor, khususnya AS yang proporsinya 70% dari total ekspor pakaian jadi Sleman senilai 30,4 juta dollar AS pada tahun 2007. Para pembaca dapat menemui artikel di atas ini dalam (Sejumlah Komoditas Terus Terpuruk, Kompas; Rabu, 15 Oktober 2008).
Penurunan ekspor dapat berdampak pada rasionalisasi perusahaan alias penurunan jumlah pegawai. Jika pengusaha industri tekstil tidak segera mengalihkan negara tujuan ekspornya, bukan tidak mungkin akan banyak industri tekstil dan kerajinan yang akan gulung tikar.
Jika Allah ingin menyempitkan rezki seseorang dapat dengan mudah dilakukan-Nya, demikian pula dengan melapangkannya. Allah berfirman, "Allah meluaskan rezki dan menyempitkannya bagi siapa yang Dia kehendaki." (QS Ar-Ra'ad (13);26) Allah berfirman, "Sesungguhnya Tuhanmu melapangkan rezki kepada siapa yang Dia kehendaki dan menyempitkannya." (QS Al-Isra' (17):30)
Kita mungkin masih ingat dengan peristiwa kebakaran di Pasar Tanah Abang. Anda mau tahu siapa saja yang menjadi korbannya? Yang pasti, para pedagang yang memiliki kios di pasar ini menjadi korbannya. Selain itu, para pedagang yang menitipkan barang di pasar ini. Maklum, pasar ini dulu –entah sekarang- termasuk salah satu pasar grosir terbesar. Para pengusaha home industri bordir di Tasikmalaya termasuk menjadi korban peristiwa ini. Banyak hasil bordir di pasar Tanah Abang yang belum sempat terjual, ikut terbakar. Barang-barang hasil bordiran yang tadinya siap dikirim ke pasar Tanah Abang, menjadi barang yang menumpuk. Sementara itu, para pengrajin bordir yang telah menghasilkan berbagai karyanya belum mendapat bayaran.
Selain home industri bordir di Tasikmalaya, pengusaha batik di Pekalongan juga menuai dampaknya. Batik Pekalongan yang biasanya dikirim ke pasar Tanah Abang, tidak dapat lagi dipasarkan di sana. Seingat saya, pengusaha batik Pekalongan sebelumnya juga mengalami keadaan yang sama. Setelah peristiwa ledakan bom di Bali, omset penjualan batik Pekalongan di sana menurun.(arnab)
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar