oleh HABIB RIZIEQ FPI
Ambisi utama Nabi kita Muhammad shollallahu ’alaih wa sallam dalam hidupnya di dunia yang fana ini ialah menginginkan keimanan dan keselamatan atas manusia.
لَقَدْ جَاءَكُمْ رَسُولٌ مِنْ أَنْفُسِكُمْ عَزِيزٌ عَلَيْهِ مَا عَنِتُّمْ حَرِيصٌ عَلَيْكُمْ
”Sesungguhnya telah datang kepadamu seorang rasul dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya penderitaanmu, sangat menginginkan keimanan dan keselamatanbagimu.” (QS AtTaubah ayat 128)
Setiap manusia yang berjumpa dengan Nabi Muhammad shollallahu ’alaih wa sallam diperlakukan oleh beliau sebagai sasaran da’wah. Nabi shollallahu ’alaih wa sallam tidak pernah melewatkan satupun kesempatan berjumpa dengan manusia kecuali orang itu diajaknya mengikuti jalan Allah ta’aala. Beliau sangat ingin agar setiap manusia merasakan manis dan lezatnya iman dan Islam. Beliau sangat yakin bahwa hanya dengan menempuh jalan Allah ta’aala sajalah seseorang bakal selamat hidupnya di dunia dan di akhirat. Oleh karena itu, Nabi shollallahu ’alaih wa sallam membangkitkan semangat agar ummatnya seperti beliau dalam mengajak manusia ke jalan Allah ta’aala.
لَأَنْ يَهْدِيَ اللَّهُ بِكَ رَجُلًا وَاحِدًا خَيْرٌ لَكَ مِنْ أَنْ يَكُونَ لَكَ حُمْرُ النَّعَمِ (متفق عليه)
“Demi Allah, jika Allah memberikan petunjuk-hidayah kepada seseorang karena ajakanmu, maka itu lebih menguntungkan bagimu daripada mendapat onta merah.” (Bukhary-Muslim)
Jika kita renungkan hadits di atas, maka pasti seorang muslim akan bersemangat mengajak manusia agar memperoleh hidayah Allah ta’aala. Bayangkan, bila kita sukses mengajak seseorang sehingga Allah ta’aala izinkan orang itu memperoleh hidayah-Nya, maka bagi kita yang mengajak dijamin bakal memperoleh reward berupa sesuatu yang lebih baik daripada seekor onta merah..! Onta merah merupakan kendaraan yang dinilai paling mewah di zaman Nabi shollallahu ’alaih wa sallam dan para sahabat radhiyallahu ’anhum. Mungkin kalau di zaman kita sekarang seperti mobil Jaguar, Rolls Royce atau bahkan Maybach yang konon harganya mencapai dua puluh miliar rupiah per unit..!
Bilamana Nabi Muhammad shollallahu ’alaih wa sallam berjumpa dengan seorang non-muslim beliau segera mengucapkan kalimat ajakan da’wah penuh cinta kasih yang singkat, jelas dan bermakna:
أَسْلِمْ تَسْلَمْ
”Masuk Islam-lah, niscaya engkau bakal selamat di dunia dan di akhirat.” (HR Ibnu Majah 1/95)
Seorang sahabat Nabi shollallahu ’alaih wa sallam bernama Adi bin Hatim radhiyallahu ’anhu menceritakan bagaimana ia ketika pertama kali berjumpa dengan Nabi shollallahu ’alaih wa sallam. Saat itu ia masih beragama Nasrani. Ketika berjumpa dengan Nabi shollallahu ’alaih wa sallam, maka kalimat pertama yang langsung disampaikan Rasulullah shollallahu ’alaih wa sallam kepadanya adalah kalimat di atas. Jadi tanpa keraguan bahkan penuh cinta dan keyakinan, Nabi shollallahu ’alaih wa sallam mengajak Adi bin Hatim radhiyallahu ’anhu untuk langsung memeluk agama Islam dengan jaminan bakal selamat di dunia dan di akhirat.
Seyogyanya seorang muslim berusaha mengikuti semangat dan langkah da’wah yang dicontohkan Rasulullah shollallahu ’alaih wa sallam. Hendaknya kita berusaha menyingkirkan segenap keraguan dan keengganan kita mengajak siapapun ke jalan keselamatan Islam. Dengan selalu mengingat betapa besarnya karunia iman dan Islam bagi kehidupan seseorang. Justru jika kita sudah mengajak orang lain ke jalan Allah ta’aala berarti kita telah memenuhi hak asasinya sebagai seorang manusia sekaligus hamba Allah ta’aala. Hak asasinya untuk mendengar seruan kebenaran untuk selanjutnya bebas memilih menyambutnya atau mengingkarinya. Soal ia akhirnya beriman atau tidak itu bukan urusan kita. Yang penting kewajiban kita telah gugur dengan kita sudah berda’wah mengajak mereka ke jalan Allah ta’aala. Sebab pada akhirnya hak memberikan hidayah atau membiarkan seseorang tetap sesat adalah hak dan kuasa Alllah ta’aala.
إِنَّ رَبَّكَ هُوَ أَعْلَمُ بِمَنْ ضَلَّ عَنْ سَبِيلِهِ وَهُوَ أَعْلَمُ بِالْمُهْتَدِينَ
” Sesungguhnya Rabbmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.” (QS AnNahl ayat 125)
Inilah hakekat ummat Islam menjadi Rahmatan lil ‘aalamiin (rahmat bagi segenap alam). Alangkah jauhnya dari berperan menjadi rahmat bilamana ummat Islam yang telah memperoleh ni’mat paling istimewa, yakni ni’mat iman dan Islam, kemudian tidak peduli dengan nasib fihak lain yang hidupnya belum mengikuti petunjuk-hidayah Allah ta’aala. Alangkah bakhilnya kita terhadap urusan iman dan masuk surga. Alangkah egoisnya kita bilamana kita tahu dan yakin bahwa iman dan Islam ini akan menyelamatkan kita di alam kubur apalagi di akhirat kelak nanti, sedangkan teman kerja kita, atau tetangga kita, bahkan saudara kita yang bukan muslim, bakal celaka di alam kuburnya serta di akhirat nanti. Namun kita sama sekali tidak berupaya menyelamatkan mereka semata karena kita lebih memperhatikan kemaslahatan kondisi perasaan kita dan mengabaikan kewajiban kita berda’wah.
Alangkah ironisnya bila kita melihat berbagai fihak dan kelompok lain demikian bersemangat dalam menyebarkan misi ajarannya padahal mereka sesungguhnya dalam kesesatan. Sedangkan kita yang sejatinya berada dalam kebenaran dan rahmat Allah ta’aala justru tidak berfikir dan berusaha menyebarkan ajaran Allah ta’aala yang sebenarnya bakal menyelamatkan siapapun yang mau menerima undanganNya...!
keyakinan seorang muslim akan kehidupan sesudah kematian menjadi motivatornya dalam berda’wah. Nasib seorang mu’min di dalam kubur penuh dengan kebahagiaan. Sedangkan nasib seorang kafir penuh siksaan di dalam kuburnya. Bila seseorang sudah tahu akan hal ini maka pastilah ia akan berusaha sekuat tenaga memelihara iman-Islamnya agar ia bahagia di alam kuburnya. Dan ia akan berusaha sekuat tenaga pula menyelamatkan orang non-muslim agar jangan menemui ajal sebelum dirinya bertaubat memeluk agama Islam. Sebab jika ia mati dalam kekafiran tentu ia akan bernasib malang di alam kuburnya. Inilah pendorong utama seorang muslim dalam mengajak orang kafir memeluk agama Allah subhaanahu wa ta’aala, merasakan lezat dan manisnya iman agar ia selamat di alam kuburnya. Perhatikanlah penjelasan Nabi Muhammad shollallahu ’alaih wa sallam mengenai nasib orang beriman dibandingkan nasib orang kafir di alam kuburnya masing-masing.
NASIB JENAZAH MU’MIN
فَتُعَادُ رُوحُهُ فِي جَسَدِهِ فَيَأْتِيهِ مَلَكَانِ فَيُجْلِسَانِهِ فَيَقُولَانِ لَهُ مَنْ رَبُّكَ فَيَقُولُ رَبِّيَ اللَّهُ فَيَقُولَانِ لَهُ مَا دِينُكَ فَيَقُولُ دِينِيَ الْإِسْلَامُ فَيَقُولَانِ لَهُ مَا هَذَا الرَّجُلُ الَّذِي بُعِثَ فِيكُمْ فَيَقُولُ هُوَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَيَقُولَانِ لَهُ وَمَا عِلْمُكَ فَيَقُولُ قَرَأْتُ كِتَابَ اللَّهِ فَآمَنْتُ بِهِ وَصَدَّقْتُ فَيُنَادِي مُنَادٍ فِي السَّمَاءِ أَنْ صَدَقَ عَبْدِي فَأَفْرِشُوهُ مِنْ الْجَنَّةِ وَأَلْبِسُوهُ مِنْ الْجَنَّةِ وَافْتَحُوا لَهُ بَابًا إِلَى الْجَنَّةِ قَالَ فَيَأْتِيهِ مِنْ رَوْحِهَا وَطِيبِهَا وَيُفْسَحُ لَهُ فِي قَبْرِهِ مَدَّ بَصَرِهِ قَالَ وَيَأْتِيهِ رَجُلٌ حَسَنُ الْوَجْهِ حَسَنُ الثِّيَابِ طَيِّبُ الرِّيحِ فَيَقُولُ أَبْشِرْ بِالَّذِي يَسُرُّكَ هَذَا يَوْمُكَ الَّذِي كُنْتَ تُوعَدُ فَيَقُولُ لَهُ مَنْ أَنْتَ فَوَجْهُكَ الْوَجْهُ يَجِيءُ بِالْخَيْرِ فَيَقُولُ أَنَا عَمَلُكَ الصَّالِحُ فَيَقُولُ رَبِّ أَقِمْ السَّاعَةَ حَتَّى أَرْجِعَ إِلَى أَهْلِي وَمَالِي (أحمد)
(Setelah jenazah mu’min dimasukkan ke liang lahat) maka ruhnya dikembalikan ke jasadnya, datanglah dua malaikat mendudukkan jenazah mu’min tersebut lalu bertanya:”Siapa rabbmu?” Dia menjawab:”Rabbku Allah”, lalu:”Apa diin-mu?” Dia jawab:”Diin-ku Islam” Lalu: ”Siapa lelaki yang telah diutus kpd kalian?” Dia jawab:”Dialah utusan Allah (Muhammad) shollallahu ’alaih wa sallam”, lalu:”Apa ilmumu?” Dia jawab:”Aku telah membaca kitab Allah (Al-Qur’an) maka kuimani dan kubenarkan.” Maka terdengar seruan dari langit:”Hambaku telah membenarkan.” Maka dibentangkanlah surga baginya, dipakaikan baju dari surga, dibukakakan pintu menuju ke surga, didatangkan kepadanya aroma surga dan diluaskan makamnya sejauh mata memandang. Datang seseorang berwajah bagus, berpakaian bagus dan beraroma semerbak berkata:”Bergembiralah engkau dengan hari bahagia yang dijanjikan untukmu ini.” Dia bertanya: ”Siapa kamu, sepertinya datang dengan wajah baik.” Iapun menjawab:”Akulah ‘amal sholeh-mu.” Maka jenazah itupun berdoa:”Ya Rabb, segerakanlah datangnya hari kiamat sehingga aku dapat berkumpul kembali dengan keluargaku dan hartaku.” (HR Ahmad)
NASIB JENAZAH KAFIR
فَتُعَادُ رُوحُهُ فِي جَسَدِهِ وَيَأْتِيهِ مَلَكَانِ فَيُجْلِسَانِهِ فَيَقُولَانِ لَهُ مَنْ رَبُّكَ فَيَقُولُ هَاهْ هَاهْ لَا أَدْرِي فَيَقُولَانِ لَهُ مَا دِينُكَ فَيَقُولُ هَاهْ هَاهْ لَا أَدْرِي فَيَقُولَانِ لَهُ مَا هَذَا الرَّجُلُ الَّذِي بُعِثَ فِيكُمْ فَيَقُولُ هَاهْ هَاهْ لَا أَدْرِي فَيُنَادِي مُنَادٍ مِنْ السَّمَاءِ أَنْ كَذَبَ
فَافْرِشُوا لَهُ مِنْ النَّارِ وَافْتَحُوا لَهُ بَابًا إِلَى النَّارِ فَيَأْتِيهِ مِنْ حَرِّهَا وَسَمُومِهَا وَيُضَيَّقُ عَلَيْهِ قَبْرُهُ حَتَّى تَخْتَلِفَ فِيهِ أَضْلَاعُهُ وَيَأْتِيهِ رَجُلٌ قَبِيحُ الْوَجْهِ قَبِيحُ الثِّيَابِ مُنْتِنُ الرِّيحِ فَيَقُولُ أَبْشِرْ بِالَّذِي يَسُوءُكَ هَذَا يَوْمُكَ الَّذِي كُنْتَ تُوعَدُ فَيَقُولُ مَنْ أَنْتَ فَوَجْهُكَ الْوَجْهُ يَجِيءُ بِالشَّرِّ فَيَقُولُ أَنَا عَمَلُكَ الْخَبِيثُ فَيَقُولُ رَبِّ لَا تُقِمْ السَّاعَةَ (أحمد)
(Setelah jenazah kafir dimasukkan ke liang lahat) maka ruhnya dikembalikan ke jasadnya, datanglah dua malaikat mendudukkan jenazah kafir tersebut lalu bertanya:”Siapa rabbmu?” Dia menjawab:”Hah, hah, aku tidak tahu”, lalu:”Apa diin-mu?” Dia jawab:” Hah, hah, aku tidak tahu” Lalu:”Siapa lelaki yang telah diutus kepada kalian?” Dia jawab:” Hah, hah, aku tidak tahu.” Maka terdengar seruan dari langit: ”Dia telah mendustakan.” Maka dibentangkanlah neraka baginya, dibukakakan pintu menuju ke neraka, didatangkan kepadanya panas neraka dan aromanya dan disempitkankan makamnya sehingga hancurlah tulang-belulangnya. Datang seseorang berwajah buruk, berpakaian buruk dan berbau busuk berkata: ”Bergembiralah engkau dengan hari celaka yang dijanjikan utkmu ini.” Dia bertanya: ”Siapa kamu, sepertinya datang dengan wajah buruk.” Iapun menjawab: ”Akulah ‘amal burukmu.” Maka jenazah itupun berdoa: ”Ya Rabb, janganlah datangkan hari kiamat.” (HR Ahmad)
لَقَدْ جَاءَكُمْ رَسُولٌ مِنْ أَنْفُسِكُمْ عَزِيزٌ عَلَيْهِ مَا عَنِتُّمْ حَرِيصٌ عَلَيْكُمْ
”Sesungguhnya telah datang kepadamu seorang rasul dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya penderitaanmu, sangat menginginkan keimanan dan keselamatanbagimu.” (QS AtTaubah ayat 128)
Setiap manusia yang berjumpa dengan Nabi Muhammad shollallahu ’alaih wa sallam diperlakukan oleh beliau sebagai sasaran da’wah. Nabi shollallahu ’alaih wa sallam tidak pernah melewatkan satupun kesempatan berjumpa dengan manusia kecuali orang itu diajaknya mengikuti jalan Allah ta’aala. Beliau sangat ingin agar setiap manusia merasakan manis dan lezatnya iman dan Islam. Beliau sangat yakin bahwa hanya dengan menempuh jalan Allah ta’aala sajalah seseorang bakal selamat hidupnya di dunia dan di akhirat. Oleh karena itu, Nabi shollallahu ’alaih wa sallam membangkitkan semangat agar ummatnya seperti beliau dalam mengajak manusia ke jalan Allah ta’aala.
لَأَنْ يَهْدِيَ اللَّهُ بِكَ رَجُلًا وَاحِدًا خَيْرٌ لَكَ مِنْ أَنْ يَكُونَ لَكَ حُمْرُ النَّعَمِ (متفق عليه)
“Demi Allah, jika Allah memberikan petunjuk-hidayah kepada seseorang karena ajakanmu, maka itu lebih menguntungkan bagimu daripada mendapat onta merah.” (Bukhary-Muslim)
Jika kita renungkan hadits di atas, maka pasti seorang muslim akan bersemangat mengajak manusia agar memperoleh hidayah Allah ta’aala. Bayangkan, bila kita sukses mengajak seseorang sehingga Allah ta’aala izinkan orang itu memperoleh hidayah-Nya, maka bagi kita yang mengajak dijamin bakal memperoleh reward berupa sesuatu yang lebih baik daripada seekor onta merah..! Onta merah merupakan kendaraan yang dinilai paling mewah di zaman Nabi shollallahu ’alaih wa sallam dan para sahabat radhiyallahu ’anhum. Mungkin kalau di zaman kita sekarang seperti mobil Jaguar, Rolls Royce atau bahkan Maybach yang konon harganya mencapai dua puluh miliar rupiah per unit..!
Bilamana Nabi Muhammad shollallahu ’alaih wa sallam berjumpa dengan seorang non-muslim beliau segera mengucapkan kalimat ajakan da’wah penuh cinta kasih yang singkat, jelas dan bermakna:
أَسْلِمْ تَسْلَمْ
”Masuk Islam-lah, niscaya engkau bakal selamat di dunia dan di akhirat.” (HR Ibnu Majah 1/95)
Seorang sahabat Nabi shollallahu ’alaih wa sallam bernama Adi bin Hatim radhiyallahu ’anhu menceritakan bagaimana ia ketika pertama kali berjumpa dengan Nabi shollallahu ’alaih wa sallam. Saat itu ia masih beragama Nasrani. Ketika berjumpa dengan Nabi shollallahu ’alaih wa sallam, maka kalimat pertama yang langsung disampaikan Rasulullah shollallahu ’alaih wa sallam kepadanya adalah kalimat di atas. Jadi tanpa keraguan bahkan penuh cinta dan keyakinan, Nabi shollallahu ’alaih wa sallam mengajak Adi bin Hatim radhiyallahu ’anhu untuk langsung memeluk agama Islam dengan jaminan bakal selamat di dunia dan di akhirat.
Seyogyanya seorang muslim berusaha mengikuti semangat dan langkah da’wah yang dicontohkan Rasulullah shollallahu ’alaih wa sallam. Hendaknya kita berusaha menyingkirkan segenap keraguan dan keengganan kita mengajak siapapun ke jalan keselamatan Islam. Dengan selalu mengingat betapa besarnya karunia iman dan Islam bagi kehidupan seseorang. Justru jika kita sudah mengajak orang lain ke jalan Allah ta’aala berarti kita telah memenuhi hak asasinya sebagai seorang manusia sekaligus hamba Allah ta’aala. Hak asasinya untuk mendengar seruan kebenaran untuk selanjutnya bebas memilih menyambutnya atau mengingkarinya. Soal ia akhirnya beriman atau tidak itu bukan urusan kita. Yang penting kewajiban kita telah gugur dengan kita sudah berda’wah mengajak mereka ke jalan Allah ta’aala. Sebab pada akhirnya hak memberikan hidayah atau membiarkan seseorang tetap sesat adalah hak dan kuasa Alllah ta’aala.
إِنَّ رَبَّكَ هُوَ أَعْلَمُ بِمَنْ ضَلَّ عَنْ سَبِيلِهِ وَهُوَ أَعْلَمُ بِالْمُهْتَدِينَ
” Sesungguhnya Rabbmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.” (QS AnNahl ayat 125)
Inilah hakekat ummat Islam menjadi Rahmatan lil ‘aalamiin (rahmat bagi segenap alam). Alangkah jauhnya dari berperan menjadi rahmat bilamana ummat Islam yang telah memperoleh ni’mat paling istimewa, yakni ni’mat iman dan Islam, kemudian tidak peduli dengan nasib fihak lain yang hidupnya belum mengikuti petunjuk-hidayah Allah ta’aala. Alangkah bakhilnya kita terhadap urusan iman dan masuk surga. Alangkah egoisnya kita bilamana kita tahu dan yakin bahwa iman dan Islam ini akan menyelamatkan kita di alam kubur apalagi di akhirat kelak nanti, sedangkan teman kerja kita, atau tetangga kita, bahkan saudara kita yang bukan muslim, bakal celaka di alam kuburnya serta di akhirat nanti. Namun kita sama sekali tidak berupaya menyelamatkan mereka semata karena kita lebih memperhatikan kemaslahatan kondisi perasaan kita dan mengabaikan kewajiban kita berda’wah.
Alangkah ironisnya bila kita melihat berbagai fihak dan kelompok lain demikian bersemangat dalam menyebarkan misi ajarannya padahal mereka sesungguhnya dalam kesesatan. Sedangkan kita yang sejatinya berada dalam kebenaran dan rahmat Allah ta’aala justru tidak berfikir dan berusaha menyebarkan ajaran Allah ta’aala yang sebenarnya bakal menyelamatkan siapapun yang mau menerima undanganNya...!
keyakinan seorang muslim akan kehidupan sesudah kematian menjadi motivatornya dalam berda’wah. Nasib seorang mu’min di dalam kubur penuh dengan kebahagiaan. Sedangkan nasib seorang kafir penuh siksaan di dalam kuburnya. Bila seseorang sudah tahu akan hal ini maka pastilah ia akan berusaha sekuat tenaga memelihara iman-Islamnya agar ia bahagia di alam kuburnya. Dan ia akan berusaha sekuat tenaga pula menyelamatkan orang non-muslim agar jangan menemui ajal sebelum dirinya bertaubat memeluk agama Islam. Sebab jika ia mati dalam kekafiran tentu ia akan bernasib malang di alam kuburnya. Inilah pendorong utama seorang muslim dalam mengajak orang kafir memeluk agama Allah subhaanahu wa ta’aala, merasakan lezat dan manisnya iman agar ia selamat di alam kuburnya. Perhatikanlah penjelasan Nabi Muhammad shollallahu ’alaih wa sallam mengenai nasib orang beriman dibandingkan nasib orang kafir di alam kuburnya masing-masing.
NASIB JENAZAH MU’MIN
فَتُعَادُ رُوحُهُ فِي جَسَدِهِ فَيَأْتِيهِ مَلَكَانِ فَيُجْلِسَانِهِ فَيَقُولَانِ لَهُ مَنْ رَبُّكَ فَيَقُولُ رَبِّيَ اللَّهُ فَيَقُولَانِ لَهُ مَا دِينُكَ فَيَقُولُ دِينِيَ الْإِسْلَامُ فَيَقُولَانِ لَهُ مَا هَذَا الرَّجُلُ الَّذِي بُعِثَ فِيكُمْ فَيَقُولُ هُوَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَيَقُولَانِ لَهُ وَمَا عِلْمُكَ فَيَقُولُ قَرَأْتُ كِتَابَ اللَّهِ فَآمَنْتُ بِهِ وَصَدَّقْتُ فَيُنَادِي مُنَادٍ فِي السَّمَاءِ أَنْ صَدَقَ عَبْدِي فَأَفْرِشُوهُ مِنْ الْجَنَّةِ وَأَلْبِسُوهُ مِنْ الْجَنَّةِ وَافْتَحُوا لَهُ بَابًا إِلَى الْجَنَّةِ قَالَ فَيَأْتِيهِ مِنْ رَوْحِهَا وَطِيبِهَا وَيُفْسَحُ لَهُ فِي قَبْرِهِ مَدَّ بَصَرِهِ قَالَ وَيَأْتِيهِ رَجُلٌ حَسَنُ الْوَجْهِ حَسَنُ الثِّيَابِ طَيِّبُ الرِّيحِ فَيَقُولُ أَبْشِرْ بِالَّذِي يَسُرُّكَ هَذَا يَوْمُكَ الَّذِي كُنْتَ تُوعَدُ فَيَقُولُ لَهُ مَنْ أَنْتَ فَوَجْهُكَ الْوَجْهُ يَجِيءُ بِالْخَيْرِ فَيَقُولُ أَنَا عَمَلُكَ الصَّالِحُ فَيَقُولُ رَبِّ أَقِمْ السَّاعَةَ حَتَّى أَرْجِعَ إِلَى أَهْلِي وَمَالِي (أحمد)
(Setelah jenazah mu’min dimasukkan ke liang lahat) maka ruhnya dikembalikan ke jasadnya, datanglah dua malaikat mendudukkan jenazah mu’min tersebut lalu bertanya:”Siapa rabbmu?” Dia menjawab:”Rabbku Allah”, lalu:”Apa diin-mu?” Dia jawab:”Diin-ku Islam” Lalu: ”Siapa lelaki yang telah diutus kpd kalian?” Dia jawab:”Dialah utusan Allah (Muhammad) shollallahu ’alaih wa sallam”, lalu:”Apa ilmumu?” Dia jawab:”Aku telah membaca kitab Allah (Al-Qur’an) maka kuimani dan kubenarkan.” Maka terdengar seruan dari langit:”Hambaku telah membenarkan.” Maka dibentangkanlah surga baginya, dipakaikan baju dari surga, dibukakakan pintu menuju ke surga, didatangkan kepadanya aroma surga dan diluaskan makamnya sejauh mata memandang. Datang seseorang berwajah bagus, berpakaian bagus dan beraroma semerbak berkata:”Bergembiralah engkau dengan hari bahagia yang dijanjikan untukmu ini.” Dia bertanya: ”Siapa kamu, sepertinya datang dengan wajah baik.” Iapun menjawab:”Akulah ‘amal sholeh-mu.” Maka jenazah itupun berdoa:”Ya Rabb, segerakanlah datangnya hari kiamat sehingga aku dapat berkumpul kembali dengan keluargaku dan hartaku.” (HR Ahmad)
NASIB JENAZAH KAFIR
فَتُعَادُ رُوحُهُ فِي جَسَدِهِ وَيَأْتِيهِ مَلَكَانِ فَيُجْلِسَانِهِ فَيَقُولَانِ لَهُ مَنْ رَبُّكَ فَيَقُولُ هَاهْ هَاهْ لَا أَدْرِي فَيَقُولَانِ لَهُ مَا دِينُكَ فَيَقُولُ هَاهْ هَاهْ لَا أَدْرِي فَيَقُولَانِ لَهُ مَا هَذَا الرَّجُلُ الَّذِي بُعِثَ فِيكُمْ فَيَقُولُ هَاهْ هَاهْ لَا أَدْرِي فَيُنَادِي مُنَادٍ مِنْ السَّمَاءِ أَنْ كَذَبَ
فَافْرِشُوا لَهُ مِنْ النَّارِ وَافْتَحُوا لَهُ بَابًا إِلَى النَّارِ فَيَأْتِيهِ مِنْ حَرِّهَا وَسَمُومِهَا وَيُضَيَّقُ عَلَيْهِ قَبْرُهُ حَتَّى تَخْتَلِفَ فِيهِ أَضْلَاعُهُ وَيَأْتِيهِ رَجُلٌ قَبِيحُ الْوَجْهِ قَبِيحُ الثِّيَابِ مُنْتِنُ الرِّيحِ فَيَقُولُ أَبْشِرْ بِالَّذِي يَسُوءُكَ هَذَا يَوْمُكَ الَّذِي كُنْتَ تُوعَدُ فَيَقُولُ مَنْ أَنْتَ فَوَجْهُكَ الْوَجْهُ يَجِيءُ بِالشَّرِّ فَيَقُولُ أَنَا عَمَلُكَ الْخَبِيثُ فَيَقُولُ رَبِّ لَا تُقِمْ السَّاعَةَ (أحمد)
(Setelah jenazah kafir dimasukkan ke liang lahat) maka ruhnya dikembalikan ke jasadnya, datanglah dua malaikat mendudukkan jenazah kafir tersebut lalu bertanya:”Siapa rabbmu?” Dia menjawab:”Hah, hah, aku tidak tahu”, lalu:”Apa diin-mu?” Dia jawab:” Hah, hah, aku tidak tahu” Lalu:”Siapa lelaki yang telah diutus kepada kalian?” Dia jawab:” Hah, hah, aku tidak tahu.” Maka terdengar seruan dari langit: ”Dia telah mendustakan.” Maka dibentangkanlah neraka baginya, dibukakakan pintu menuju ke neraka, didatangkan kepadanya panas neraka dan aromanya dan disempitkankan makamnya sehingga hancurlah tulang-belulangnya. Datang seseorang berwajah buruk, berpakaian buruk dan berbau busuk berkata: ”Bergembiralah engkau dengan hari celaka yang dijanjikan utkmu ini.” Dia bertanya: ”Siapa kamu, sepertinya datang dengan wajah buruk.” Iapun menjawab: ”Akulah ‘amal burukmu.” Maka jenazah itupun berdoa: ”Ya Rabb, janganlah datangkan hari kiamat.” (HR Ahmad)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar