MENU

Islamic Widget

Senin, 30 Agustus 2010

Renungan Di Saat Berbuka Puasa


PDF Cetak E-mail
Diriwayatkan oleh Ibrahim bin Abdurahman bin Auf RA, ia mengatakan bahwa ketika Abdurrahman bin ‘Auf menghadapi makanan untuk berbuka puasa, tiba-tiba ia (Abdurrahman) berkata, ‘Mus’ab bin Umair RA adalah seorang sahabat yang jauh lebih baik dariku, ketika ia terbunuh mati syahid, tidak didapatkan kain kafan untuknya, selain sepotong selimut yang terbuat dari bulu. Apabila kepalanya ditutupi dengan kain selimut, kakinya terbuka, dan jika kedua kakinya ditutup maka kepalanya terlihat. Kemudian, kini kami telah diberi kekayaan dunia yang banyak -atau ia berkata, ‘Kami telah diberi kekayaan dunia yang sebanyak-banyaknya.’ Kami khawatir, jika kebaikan kami telah dibalas dengan kekayaan ini.’ Kemudian ia menangis terisak dan meninggalkan makanan yang dihidangkan itu.’” (HR. Bukhari)

Dalam riwayat ini dijelaskan bahwa sahabat Abdurrahman bin 'Auf ra. –ketika menghadapi makanan untuk berbuka puasa-, dia teringat pada seorang sahabat Rasulullah yang bernama Mus'ab bin Umair ra.. Dia berkata, "Mus’ab bin Umair RA adalah seorang sahabat yang jauh lebih baik dariku, ketika ia terbunuh mati syahid, tidak didapatkan kain kafan untuknya, selain sepotong selimut yang terbuat dari bulu. Apabila kepalanya ditutupi dengan kain selimut, kakinya terbuka, dan jika kedua kakinya ditutup maka kepalanya terlihat."
Mengapa Abdurrahman mengatakan bahwa sahabat Mus'ab bin Umair ra. lebih baik darinya? Jawabannya terdapat dalam keterangan Abdurrahman berikutnya. Jawabannya adalah; "Kini kami telah diberi kekayaan dunia yang banyak -atau ia berkata, ‘Kami telah diberi kekayaan dunia yang sebanyak-banyaknya.’ Kami khawatir, jika kebaikan kami telah dibalas dengan kekayaan ini.’
Sahabat Abdurrahman bin 'Auf khawatir bila seluruh kebaikan yang pernah dilakukannya telah dibalas oleh Allah dengan kekayaan melimpah yang diterimanya. Sedangkan sahabat Mus'ab bin Umair syahid dalam keadaan yang memprihatinkan. Dia hanya meninggalkan sepotong selimut yang tidak dapat menutup seluruh tubuhnya. Melihat keadaan ini, Abdurrahman bin Auf berkesimpulan bahwa seluruh kebaikan yang dilakukan Mus'ab akan dibalas penuh di akhirat kelak oleh Allah. Sebab balasan kebaikan Mus'ab tidak nampak di dunia, terutama ketika beliau syahid. Itulah yang menyebabkan Abdurrahman berkesimpulan bahwa Mus'ab lebih baik darinya.
Memang ada amal shalih atau perbuatan baik yang dibalas Allah di dunia. Kalau perbuatan baik itu dilakukan oleh orang kafir, maka dia akan langsung menerima balasannya di dunia. Jika perbuatan baik itu dilakukan oleh orang beriman, maka dia akan memperoleh balasan di dunia dan akhirat. Diriwayatkan oleh Anas RA, dari Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya orang kafir itu apabila melakukan kebaikan, ia langsung diberi balasan yang ia rasakan di dunia, sedangkan bagi orang mukmin, sesungguhnya Allah SWT menyimpan untuknya segala kebaikannya di akhirat dan ia dikaruniai rezeki di dunia karena ketaatannya.”
Dalam riwayat lain, Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya Allah tidak berbuat zalim terhadap orang mukmin walau satu kebaikanpun. Ia (orang mukmin) diberi karunia di dunia karena kebaikannya, dan ia mendapat ganjaran lagi di akhirat. Adapun orang kafir, ia mendapatkan karunia di dunia karena kebaikan-kebaikan yang dikerjakan tidak karena Allah, sehingga apabila ia pulang ke akhirat, ia tidak akan memperoleh balasan apa pun atas kebaikan yang ia kerjakan itu.” (HR. Muslim)
Dalam hadits riwayat Bukhari, diceritakan ada 3 orang yang terjebak dalam gua. Mulut gua itu tertutup oleh sebuah batu besar, sehingga ketiga orang itu tidak dapat keluar. Akhirnya mereka bertiga sepakat bahwa mereka hanya dapat keluar dari gua itu dengan memanjatkan doa kepada Allah disertai menyebutkan kebaikan yang pernah mereka lakukan masing-masing. Orang pertama menyebutkan kebaikan atau amal shalih berupa bakti kepada kedua orang tuanya. Maka batu besar itu bergeser. Orang kedua menyebutkan kebaikan atau amal shalihnya, yaitu dia tidak jadi melakukan perbuatan zina. Maka batu besar itu bergeser lagi, namun ketiga orang itu belum dapat keluar dari gua. Orang ketiga menyebutkan atau amal shalihnya, yaitu dia menyimpan upah pegawainya yang belum sempat diambil. Kemudian dia mengelola uang itu hingga menjadi harta yang banyak. Harta yang sudah banyak itu diserahkan kepada pegawai yang berhak itu. Maka, batu besar itu bergeser lagi, sehingga ketiga orang itu dapat keluar dari gua. (HR Bukhari, Kitabul Ijarah)
Hadits ini menunjukkan bahwa balasan kebaikan atau amal shalih seorang mukmin terkadang diperlihatkan di dunia dan tetap memperoleh balasan di akhirat. Terkadang, balasan kebaikan itu tidak diperlihatkan semuanya atau sama sekali di dunia dan baru akan dapat dikecap di akhirat kelak. Wallahu 'alam bi shawab.
Bisa jadi, karena pemahaman inilah Abdurrahman bin 'Auf menilai bahwa Mush'ab bin Umair lebih baik dari dirinya.
Abdurrahman bin Auf merupakan salah seorang diantara 10 orang yang dijamin akan masuk surga. Beliau adalah salah seorang dari 8 orang yang pertama kali masuk Islam. Beliau juga merupakan salah seorang dari 6 orang ahli syura pada hari pemilihan khalifah setelah Umar Al-Faruq.
Abdurrahman bin Auf khawatir kebaikannya selama di dunia ini telah dibalas dengan kekayaan berlimpah yang ada padanya. Kekhawatiran Abdurrahman bin Auf ini menunjukkan bahwa beliau tidak merasa cukup dan bangga dengan kebaikan dan amal shalih yang telah dilakukannya. Beliau masih merasa kurang melakukan kebaikan.
Sikap Abdurrahman bin Auf ini, nampaknya perlu direnungi. Beliau lebih mementingkan ganjaran kebaikannya dapat dinikmati di akhirat kelak. Mewahnya makanan buka puasa membuat dirinya waspada dan selalu mengingatkan diri bahwa akhirat lebih baik daripada kehidupan di dunia. (arnab)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar