Hari ini terjadi peralihan beberapa sasaran atas dunia Islam. Sekarang targetnya bukan menyerang umat Islam, tapi mengadu domba umat Islam satu dengan yang lainnya. Melahirkan perpecahan, yang semestinya bisa kita hindarkan.
Musuh-musuh Islam memanfaatkan segala cara dan kemampuan mereka. Mereka menggunakan kekuatan finansial, mereka berusaha membeli kelompok-kelompok yang memang bisa dibeli dan dijadikan kaki tangan serta antek-antek musuh Islam. Kemudian mereka dijadikan sebagai bumper untuk berhadapan dengan sesama kaum Muslimin.
Kelompok yang bisa dibeli ini dijadikan sebagai ujung tombak untuk menghadapi para mujahidin. Itulah yang terjadi di wilayah seperti Pakistan. Kelompok Taliban disebut menyerang yang anti Taliban. Kelompok yang anti Taliban disebut menolak yang Taliban. Semua sedang diadu-domba.
Kenapa ada gerakan Islam di Irak, Afghanistan dan juga Pakistan yang memusuhi kepala negaranya? Karena dimata orang-orang yang dipimpin, mereka adalah pemimpin boneka. Terminologi boneka ini sengaja diciptakan oleh kekuatan imperialisme, dan akhirnya mereka yang diuntungkan tanpa harus mengeluarkan pengorbanan.
Umat Islam harus menemukan cara untuk keluar dari situasi adu domba ini. Perbedaan itu wajar, no problem. Ada yang mau berdakwah dengan lembut, silakan. Ada yang dengan hisbah dan tegas, tak ada masalah. Ada juga yang berjihad dengan keras, tidak ada apa-apa. Tapi banyaknya metode itu, seharusnya disatukan dengan syariah. Tidak ada yang boleh melanggar syariah.
Kalau sudah menjadi antek penjajah, itu melanggar syariah. Kalau sekarang negara-negara Arab tunduk pada kemauan Amerika, itu melanggar syariah, dan menyebabkan perpecahan.
Contohnya, di Indonesia kelompok yang anti pornografi dan mendukung pornografi, sama-sama Muslim. Kalau ukurannya syariah, maka jadi sangat sederhana. Bagaimana mungkin orang yang mengaku Muslim mendukung pornografi?!
Lalu kenapa muncul bentrok? Bentrokan tidak bisa dihindarkan, salah satu penyebabnya karena ada beberapa oknum mujahidin yang pemahamannya masih dangkal, sehingga mudah emosi dan ketika emosi mengambil keputusan yang salah.
Kenapa mengambil keputusan yang salah? Keputusan di medan tempur, harus diambil dalam waktu yang cepat. Hitungannya detik, tidak bisa menunggu.
Pengambilan keputusan yang tepat, memerlukan ilmu. Kalau ilmunya kurang, bisa terjadi kesalahan di lapangan.
Berkali-kali saya mengatakan bahwa saya menolak kekerasan. Kalau ada yang di Ambon, di Poso disebut teroris, mereka sebenarnya bukan teroris. Mereka hanya melakukan kesalahan. Karena mereka manusia dan bukan malaikat. Mereka bisa saja salah. Tapi kesalahan itu dibuat sebagai bahan pencitraan yang buruk oleh musuh-musuh Islam.
Ulama saja masih banyak yang melakukan kesalahan, kok. Tapi bukan berarti saya membenarkan kesalahan-kesalahan yang terjadi. Di mata saya, para mujahidin itu bukan teroris. Mereka mujahid. Mereka menyelamatkan anak-anak, menyelamatkan Muslimah dari perkosaan atau pembunuhan yang dilakukan orang-orang kafir.
Jadi, politik yang sedang dilakukan untuk menghancurkan kaum Muslimin ini adalah politik adu domba. Kita tidak kaget sebenarnya, sebab sudah lama kita di adu domba. Ibarat kata, orang Islam hari ini ibarat daun kering yang terpencar-pencar, dan kalau terkena angin sedikit sudah berbunyi berisik, dan kalau disulut sedikit langsung terbakar.
Kita perlu menumbuhkan daun-daun hijau. Yang kita garap sejak dini, sehingga tumbuh subur. Tidak gambang berisik dan tidak gampang terbakar. Kita akan lakukan itu lewat dakwah,pengajian, majelis-majelis. (Julhakimi)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar